MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA
NY’D’ DENGAN ABORTUS INKOMPLIT DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR
TGL
20 JUNI 2012
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk
menyelesaikan
Pendidikan DIII Kebidanan Semester VI di
Akademi Kebidanan MEGA REZKY MAKASSAR
OLEH :
HARYANI YASING
09 3145 106 105
DIPLOMA III KEBIDANAN
STIKES MEGA REZKY MAKASSAR
2012/2013
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kematian
maternal sering dipakai sebagai indikator kesejahteraan rakyat atau kualitas
pembanguan Manusia (IPM/HDI), hal ini didasarkan angka kematian maternal sangat
erat kaitannya dengan perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Kematian maternal merupakan kematian
dari setiap wanita selama masa kehamilan, bersalin atau dalam 42 hari sesudah
berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, tanpa melihat usia dan lokasi
kehamilan, oleh setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperberat oleh
kehamilan atau penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau insidental
(faktor kebetulan).
Hal ini sesuai dengan defenisi
Internasional Statistical Classification of Disease and Related Health Problems
(ICD). Angka kematian maternal kemudian didefenisikan sebagai jumlah kematian
maternal selama satu periode waktu dalam 100.000 kelahiran hidup.
Data organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan
bahwa setiap tahun sejumlah 500 orang perempuan meninggal dunia akibat
kehamilan dan persalinan, fakta ini mendekati terjadinya satu kematian setiap
menit. Diperkirakan 99% kematian tersebut terjadi di negara-negara berkembang(WHO,2007).
Indonesia adalah salah satu negara yang masih belum bisa lepas dari belitan angka kematian ibu (AKI) yang tinggi. Bahkan jumlah perempuan Indonesia yang meninggal saat melahirkan mencapai rekor tertinggi di Asia.
Indonesia adalah salah satu negara yang masih belum bisa lepas dari belitan angka kematian ibu (AKI) yang tinggi. Bahkan jumlah perempuan Indonesia yang meninggal saat melahirkan mencapai rekor tertinggi di Asia.
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007, angka kematian maternal di Indonesia mencapai
248/100.000 kelahiran hidup, itu berarti setiap 100.000 kelahiran hidup masih
ada sekitar 248 ibu yang meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan.
Propinsi di Indonesia dengan kasus
kematian ibu melahirkan tertinggi adalah Propinsi Papua, yaitu sebesar
730/100.000 kelahiran hidup, diikuti Propinsi Nusa Tenggara Barat sebesar
370/100.000 kelahiran hidup, Propinsi Maluku sebesar 340/100.000 kelahiran
hidup, sedangkan di Sulawesi Selatan berdasarkan profil kesehatan Sulawesi
Selatan jumlah kejadian kematian maternal yang dilaporkan pada Tahun 2007 yaitu
sebesar 104/100.000 kelahiran hidup, Sedangkan
pada tahun 2010 menurun menjadi 92,89 per
100.000 kelahiran hidup ( dinas provinsi sul-sel 2010).
Seperti kita ketahui target
Millenium Development Goal’s (MDG’s) salah satunya adalah mengurangi angka
kematian ibu (AKI) di seluruh dunia sebesar 75% dari tahun 1900 ke 2015.
Sebagai gambaran pada tahun 1990 AKI di Indonesia masih sekitar 408/100.000
kelahiran hidup, sesuai target MDG’s di tahun 2015 akan menjadi 102/100.000
kelahiran hidup. Di sisi lain berdasarkan analisis trend penurunan AKI periode
1900 – 2015 ternyata diperkirakan hanya akan mencapai 52-55% sehingga
kemungkinan besar target MDG’s tetang AKI di Indonesia sulit tercapai (Bapenas,
2007).
Tingginya
angka kematian maternal diatas dipengaruhi oleh banyak faktor dan sangat
kompleks. Faktor medis/langsung disebabkan oleh komplikasi obstetrik atau
penyakit kronik yang menjadi lebih berat selama masa kehamilan, sehingga
berakhir dengan kematian, yaitu Perdarahan (28%), Eklampsia (24%), Infeksi
(11%), Abortus (5%), partus lama, trauma obstetrik (5%), emboli obstetrik (3%).
Masalah
abortus erat kaitannya dengan tingginya angka kematian Ibu. Menurut data
WHO,presentasi kemungkinan terjadinya abortus cukup tinggi. Sekitar 15-40 % angka kejadian, diketahui pada ibu
yang sudah dinyatakan positif hamil. dan 60-70 % abortus terjadi sebelum usia
kehamilan 12 minggu ( Lestariningsih, 2009).
Menurut siswanto,
lebih dari 90 % Abortus di negara-negara sedang berkembang, dilakukan tidak
aman, sehingga berkontribusi 11-13% terhadap kematian maternal di dunia, di
Asia Cina memegang rekor angka abortus tertinggi di dunia.
Di Cina setiap tahunnya terdapat 13
juta kasus abortus. Demikian diumumkan salah satu surat kabar Cina.(wikipedia , di akses pada 17 juni 2012 ).
Abortus
merupakan keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan dengan
berat badan kurang dari 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Kejadian abortus sulit di
ketahui karena sebagian besar tidak dilaporkan dan banyak di lakukan atas permintaan .
Keguguran spontan diperkirakan
sebesar 10%-15%.(Manuaba I.B.G 2009). Sedangkan data yang di peroleh di RSUD.
Labuang Baji jumlah kasus abortus yang pernah
di rawat dari bulan April – 2011 sampai
dengan juni 2012, yaitu terdapat 270 kasus abortus dengan perincian. Abortus
imminens 31 kasus, abortus inkomplit 200 kasus,abortus komplit 31 kasus,abortus
insipiens 5 kasus,abortus provakatus 1 kasus, dan missed abortion 2 kasus. Dari
ke jadian tersebut menunjukkan bahwa abortus inkomplit masih merupakan masalah
yang memerlukan penanganan untuk menjadi suatu prioritas RSUD .Labuang Baji Makassar
Kenyataan
inilah yang mendorong penulis untuk mengkaji permasalahan dan memaparkannya
dalam bentuk karya tulis sebagai wujud perhatian dan tanggung jawab penulis
dalam memberikan konstribusi pemikiran pada berbagai pihak yang berkompeten
dengan masalah tersebut guna mencari solusi terbaik atas permasalahan diatas.
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Adapun ruang lingkup dalam pembahasan karya tulis ini
mencakup permasalahan pada pendekatan asuhan kebidanan Intra Natal Care
patologi Ny. “D” gestasi 15 minggu 6 hari dengan Abortus Inkomplit di RSUD.
Labuang Baji Makassar.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan
Umum
Melaksanakan pengkajian
Asuhan Kebidanan Intra natal care
dengan Abortus Inkomplit
berdasarkan asuhan kebidanan
dan sesuai dengan wewenang bidan di RSUD
Labuang Baji Makassar tanggal 20, 21, s.d 22 Juni 2012
2. Tujuan
Khusus
a. Dapat melaksanakan pengkajian data kemudian menganalisa data dasar pada Ny.”D” gestasi
15 minggu 6 hari dengan Abortus Inkomplit di RSUD.Labuang Baji Makassar.
b. Dapat menganalisis dan
menginterpretasikan data untuk menentukan
diagnose/masalah aktual pada Ny.”D” gestasi 15 minggu 6 hari dengan Abortus Inkomplit di
RSUD.Labuang Baji Makassar.
c. Dapat mengantisipasi timbulnya diagnosa/masalah potensial
pada Ny.”D” gestasi 15 minggu 6 hari dengan Abortus Inkomplit di RSUD.Labuang
Baji Makassar.
d. Dapat melaksanakan tindakan segera
dan kolaborasi pada Ny.”D” gestasi 15 minggu
6 hari di RSUD.Labuang Baji Makassar.
e. Dapat menyusun rencana tindakan asuhan kebidanan pada Ny.”D” gestasi 15 minggu 6
hari di RSUD.Labuang Baji makassar.
f. Dapat melaksanakan tindakan asuhan kebidanan secara langsung pada Ny.”D” gestasi 15 minggu 6 hari di
RSUD.Labuang Baji Makassar.
g. Dapat melaksanakan evaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan pada Ny.”D” gestasi 15 minggu 6 hari
di RSUD.Labuang Baji Makassar.
h. Dapat mendokumentasikan asuhan Kebidanan pada Ny.”D” gestasi 15 minggu 6 hari dengan Abortus
Inkomplit di RSUD.Labuang Baji Makassar.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Ilmiah
Asuhan
kebidanan ini merupakan pengalaman ilmiah yang berharga yang dapat meningkatkan
dan menambah wawasan tentang asuhan kebidanan dengan abortus inkomplit
2. Manfaat Praktis
Sebagai
salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan pelaksanaan program,
baik Departemen Kesehatan maupun pihak RSUD.Labuang Baji Makassar dalam
menyusun perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam menetapkan asuhan
kebidanan dengan letak sungsang.
3. Manfaat Institusi
Sebagai salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan ujian akhir jenjang pendidikan diploma III
Stikes Mega Rezky Makassar bahan acuan/pedoman bagi institusi jurusan kebidanan
untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) selanjutnya.
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ini, berdasarkan teori ilmiah
yang dipadukan dengan praktek dan pengalaman penulis memerlukan data yang
objektif dan relevan dengan teori-teori yang dijadikan dasar analisa dalam
pemecahan masalah
Metode
yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Studi
Kepustakaan
Dengan
membaca dan mempelajari literatur atau sumber yang ada kaitannya dengan masalah
yang dibahas sebagai dasar teoritis yang digunakan dalam pembahasan karya tulis
ini.
2. Studi
kasus
Melaksanakan studi
kasus pada Ny.”D” gestasi 15 minggu 6 hari dengan Abortus Inkomplit di
RSUD.Labuang Baji Makassar tanggal 20 juni 2012 dengan pendekatan asuhan kebidanan yang
meliputi : pengumpulan data dasar, identifikasi diagnosa/masalah aktual,
identifikasi diagnosa/masalah potensial, pelaksanaan tindakan, perumusan rencana
tindakan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi serta pendokumentasian dalam bentuk
SOAP.
Tehnik pengumpulan
data yang digunakan adalah ;
a. Anamnesis
Penulis memperoleh
data dengan melakukan tanya jawab langsung pada Ny.”D” dengan Abortus Inkomplit di RSUD.Labuang Baji
Makassar.
b. Observasi
Penulis memperoleh
data dengan melihat secara langsung Ny.”D” di ruang Intranatal di RSUD.Labuang
Baji Makassar
Pemeriksaan fisik
dilakukan secara sistematis mulai dari kepala hingga kaki yang meliputi
pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi, pemeriksaan laboratorium, dan USG.
3. Studi
Dokumentasi
Melakukan
pengumpulan data atau informasi melalui
catatan, arsip yang ada hubungannya dengan status kesehatan ibu.
4. Diskusi
Penulis
menggunakan tanya jawab dengan dokter atau bidan yang menangani lansung serta
berdiskusi dengan dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan
Umum Tentang Kehamilan
1.
Pengertian
kehamilan
Kehamilan
merupakan fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari
saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam
waktu 280 hari (40 minggu) atau 10 bulan atau 9 bulan 7 hari di hitung dari
hari pertama haid terakhir (Saifuddin A.B,2002).
Kehamilan terbagi
dalam 3 trimester, dimana timester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, timester
kedua 13 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 15 minggu
(minggu ke-28 hingga ke-40). (Wiknjosastro,
H, 2008, hal : 213).
2.
Diagnosis
Kehamilan
a. Tanda
tidak pasti kehamilan
1) Amenorea
(Tidak Dapat Haid)
Untuk menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalinan
yang akan terjadi dihitung dengan menggunakan rumus Naegele.
2) Mual
muntah (nausea and vomiting)
Biasa terjadi pada bulan
pertama kehamilan hingga akhir triwulan pertama.
3) Mengidam
(ingin makanan khusus)
4) Tidak
tahan suatu bau-bauan.
5) Pingsan, sering dijumpai bila berada di tempat ramai.
6) Tidak ada selera makan (anoreksia).
7) Lelah
(fatique).
8) Payudara
membesar, tegang dan sedikit terasa nyeri disebabkan pengaruh estrogen dan
progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara.
9) Sering
buang air kecil, karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar akan hilang
pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan gejala ini kembali oleh
karena kandung kemih tertekan oleh kepala janin.
10) Konstipasi/Obstipasi
Pengaruh
dari progesteron dapat menghambat peristaltik usus mengakibatkan usus kesulitan
untuk buang air besar.
11) Pigmentasi
kulit
Pengaruh
hormon kortiko-steroid plasenta dijumpai pada muka, areola payudara, leher dan
dinding perut.
12) Epulis : hipertropi dan papil gusi.
13) Pemekaran
vena-vena (varices).(Wiknjosastro, 2005, hal. 125-126)
b. Kemungkinan
hamil
1) Rahim
membesar, sesuai dengan tuanya kehamilan.
2) Pada
pemeriksaan dijumpai :
a)
Tanda hegar.
b)
Tanda Piscasek.
c)
Tanda Chadwicks.
d)
Teraba ballottment.
3) Pemeriksaan
tes biologis kehamilan positif.
c. Tanda
pasti kehamilan
1) Terlihatnya
embrio atau kantong kehamilan melalui USG pada 4-6 minggu sesudah pembuahan.
2) Denyut
jantung janin ketika usia kehamilan 10-20 minggu didengar dengan leanec, alat
kardiotografi, alat dopler, atau dilihat dengan ultrasonografi.
3) Terasa
gerakan janin dalam rahim. Pada primigravida bisa dirasakan ketika kehamilan
berusia 18 minggu, sedangkan pada multigravida diusia 16 minggu. Terlihat atau
teraba gerakan janin dan bagian-bagian janin.
4) Pada
pemeriksaan dengan sinar rontgen tampak kerangka janin. (Asrinah dkk, 2010)
3.
Perubahan-perubahan
fisiologi selama kehamilan
a. Uterus
Uterus
akan membesar pada bulan-bulan pertama dibawah pengaruh estrogen dan
progesterone yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pda dasarnya disebabkan
oleh hipertropi otot polos uterus.
Disamping itu serabut-serabut kolagen yang adapun
menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat
mengikuti pertumbuhan janin. Bila uterus normal lebih kurang 30 gram, pada
akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus ini menjadi 1000 gram, dengan panjang
lebih kurang 20 cm dan dinding lebih kurang 2,5 cm.
Pada bulan-bulan pertama kehamilan bentuk
uterus seperti buah advokat, agak gepeng. Pada kehamilan 4 bulan uterus
berbentuk bulat, selanjutnya pada akhir kehamilan kembali seperti bentuk
semula, lonjong seperti telur. (Wiknjosastro,
2005, hal. 89)
b. Serviks
uteri
Serviks
uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon estrogen. Jika
korpus uteri mengandung lebih banyak jaringan otot, maka serviks banyak
mengandung jaringan ikat, hanya 10 % jaringan otot. Jaringan ikat pada serviks
ini mengandung kolagen. Akibat kadar estrogen meningkat, dan dengan adanya
hipervaskularisasi maka konsistensi serviks menjadi lunak. (Wiknjosastro, 2005, hal. 94)
c. Vagina
dan vulva
Vagina
dan vulva akibat hormon estrogen mengalami perubahan pula. Adanya
hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah, agak
kebiru-biruan (livide). Tanda ini disebut tanda chadwicks. (Wiknjosastro, 2005, hal. 95)
d. Ovarium
Pada
permulaan kehamilan masih tedapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya
plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu. Korpus luteum graviditas
berdiameter kira-kira 3 cm. Kemudian, ia mengecil setelah plasenta terbentuk. (Wiknjosastro, 2005, hal 95)
e. Mammae
Dibawah
pengaruh progesterone dan somatomammotropin, terbentuk lemak disekitar
kelompok-kelompok alveolus, sehingga mamma menjadi lebih besar. Papila mamma
akan membesar, lebih tegang, dan lebih hitam seperti seluruh areola mamma
hyperpigmentasi. Glandula mentgomery tampak lebih jelas menonjol dipermukaan
aerola mamma. Pada kehamilan 12 minggu ke atas dari puting susu dapat keluar
cairan berwarna putih agak jernih, disebut kolostrum. (Wiknjosastro, H, 2005, hal. 95)
f. Sirkulasi
darah
Volume
darah ibu dalam kehamilan bertambah secara fisiologik dengan adanya pencairan
darah yang disebut hemodilusi.
Volume darah akan bertambah banyak, kira-kira 25% dengan puncak kehamilan 32
minggu, diikuti dengan cardiac out put yang meninggi sebanyak kira-kira 30%.
Eritrosit
dalam kehamilan juga meningkat untuk
memenuhi keperluan transport zat asam yang dibutuhkan sekali dalam kehamilan.
Meskipun ada peningkatan dalam volume eritrosit secara keseluruhan, tetapi
penambahan volume plasma jauh lebih besar, sehingga konsentrasi hemoglobin
dalam darah menjadi lebih rendah.
Hal ini tidak boleh dinamakan anemia fisiologi
dalam kehamilan, oleh karena jumlah haemoglobin pada wanita hamil dalam
keseluruhannya lebih besar dari pada sewaktu belum hamil. (Wiknjosastro, H, 2005, hal.96)
g. Sistem
respirasi
Seorang
wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang mengeluh tentang rasa
sesak dan pendek napas. Hal ini ditemukan pada kehamilan 32 minggu ke atas oleh
karena usus-usus.(Wiknjosastro, H, 2005,
hal 96)
h. Traktus
digestivus
Pada
bulan-bulan pertama kelahiran terdapat perasaan enek (nausea), mungkin ini
akibat kadar hormon estrogen yang meningkat. Tonus otot-otot traktus digestivus
menurun, sehingga seluruh traktus digestivus juga berkurang.
Makanan lebih lama berada di dalam lambung dan
apa yang telah direncanakan lebih lama berada dalam usus-usus. Hal ini mungkin
baik untuk resorpsi, akan tetapi menimbulkan pula obstipasi, yang memang
merupakan salah satu keluhan utama wanita hamil. (Wiknjosastro, H, 2005, hal. 97)
i. Traktus
urinarius
Pada
bulan-bulan pertama kelahiran kandung kencing tertekan oleh uterus yang mulai
membesar, sehingga timbul sering kencing. Keadaan ini hilang dengan makin
tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar dari rongga panggul. Pada akhir
kehamilan , bila kepala janin mulai turun ke bawah pintu atas panggul, keluhan
sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing mulai tertekan kembali.
(Wiknjosastro, H, 2005, Hal. 97)
j. Kulit
Pada
kulit terdapat pigmen dan hyperpigmentasi alat-alat tertentu, pigmentasi ini
disebabkan oleh pengaruh melanophore stimulating hormone (MSH) yang meningkat.
Kadang-kadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi dan hidung, dikenal
sebagai kloasma gravidarum.
Di
daerah leher sering terdapat hyperpigmentasi yang sama, juga aerola mamma.
Linea alba pada kehamilan menjadi hitam, dikenal sebagai linea nigra. Tidak jarang dijumpai
kulit perut seolah-olah retak-retak, warnanya berubah agak hiperemik dan
kebiru-biruan, disebut livide. (Wiknjosastro,
H, 2005, hal. 97)
4.
Perubahan
psikologi selama kehamilan
a. Trimester
pertama (1-3 bulan)
1) Ibu
merasa tidak sehat benci dengan kehamilannya
2) Kadang-kadang
muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan dan sedih.
3) Ibu
akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil, hal ibu dilakukan
sekedar untuk meyakinkan dirinya.
4) Setiap
perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat perhatian dengan
saksama
5) Oleh
karena perutnya masih kecil,kehamilan merupakan rahasia seorang ibu yang
mungkin akan diberitahukan kepada orang lain atau malah mungkin
dirahasiakannya.
6) Hasrat
untuk melakukan hubungan seks berbeda-beda pada tiap wanita, tetapi kebanyakan
akan mengalami penurunan.
b. Trimester
kedua (4-6 bulan)
1)
Ibu merasa sehat, ibu sudah
terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi.
2)
Ibu sudah bisa menerima
kehamilannya
3)
Merasakan gerakan anak
4)
Hubungan sosial meningkat
dengan wanita hamil lainnya atau pada orang lain yang baru menjadi ibu.
5)
Ketertarikan dan
aktivitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran dan persiapan untuk peran baru.
c. Trimester
ketiga (7-9 bulan)
1)
Rasa tidak nyaman timbul kembali,
merasa dirinya jelek, aneh dan tidak menarik.
2)
Merasa tidak menyenangkan
ketika bayi lahir tidak tepat waktu.
3)
Takut akan rasa sakit dan
bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan khawatir akan keselamatannya.
4)
Khawatir bayi akan
dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang mencerminkan perhatian dan
kekhawatirannya.
5)
Merasa sedih karena akan
terpisah dari bayinya.
6)
Merasa kehilangan perhatian.
7)
Perasaan muda terluka
(sensitif).
8)
Libido menurun.(Ari Sulystiawati, S. Si. T 2009)
5.
Penatalaksanaan
kehamilan (Saifuddin,
AB, 2002)
a. Jadwal
kunjungan
Setiap
wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh
karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan
selama periode antenatal :
1)
Satu kali kunjungan selama
trimester I (sebelum 14 minggu).
2)
Satu kali kunjungan selama
trimester II (antara minggu 14-28)
3)
Dua kali kunjungan selama
trimester III (antara minggu 28-36 dan sesudah minggu ke 36)
b. Informasi
penting untuk ibu hamil
1) Kunjungan
I (< 16 minggu) dilakukan untuk :
a) Penapisan
dan pengobatan anemia.
b) Perencanaan
persalinan
c) Pengenalan
komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
2) Kunjungan
II (24-28 minggu) dan kunjungan III (32 minggu) dilakukan untuk :
a)
Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan
pengobatan.
b)
Preeklamsia, gamelli, infeksi alat reproduksi
dan saluran perkemihan.
c)
Mengulang perencanaan persalinan.
3) Kunjungan
IV (36 minggu) sampai lahir
a)
Sama
seperti kegiatan kunjungan II dan III.
b)
Mengenali adanya kelainan letak.
c)
Memantapkan rencana asuhan.
d)
Mengenali tanda-tanda persalinan.
c. Konseling
pada ibu hamil
1) Gizi
Peningkatan
komsumsi makanan hingga 300 kalori perhari, mengkomsumsi makanan yang
mengandung karbohidrat 2500 gram/hari, protein 6-7 gram, vitamin dan mineral.
2) Perubahan
Fisiologis
Peningkatan
berat badan ibu antara 6,5-13,5 kg selama hamil atau terjadi kenaikan berat
badan sekitar ½ kg/minggu, perubahan pada payudara, tingkat tenaga yang bisa
menurun, mual selama triwulan pertama, rasa panas, dan atau varices, hubungan
suami istri boleh dilanjutkan selama kehamilan (dianjurkan memakai kondom).
3) Menganjurkan
ibu untuk mencari pertolongan segera
jika ia mendapat tanda-tanda bahaya berikut
a)
Perdarahan pervaginam
b)
Sakit kepala lebih dari
biasa
c)
Gangguan penglihatan
d)
Pembengkakan pada
wajah/tangan
e)
Nyeri abdomen (epigastrik)
f)
Janin tidak bergerak
g)
Demam dan kejang
h)
Keluar cairan ketuban
sebelum waktunya
4) Menjelaskan
cara merawat payudara terutama pada ibu yang mempunyai puting susu rata atau
masuk kedalam. Dilakukan 2 kali sehari selama 5 menit
B.
Konsep
Dasar Asuhan Antenatal Care
1. Pengertian Antenatal Care
Antenatal care adalah upaya preventif program
pelayanan kesehatan obstetri untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal
melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.(Sarwono
Prawirohardjo. 2008, hal 278).
2. Manfaat Antenatal
Antenatal memberikan manfaat untuk mengetahui
kesehatan umum ibu, menegakkan secara dini penyakit yang menyertai kehamilan,
menegakkan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan risiko kehamilan
(risiko tinggi, risiko meragukan, risiko rendah).
Asuhan
antenatal juga untuk menyiapkan persalinan, mempersiapkan perawatan bayi dan
laktasi serta memulihkan kesehatan ibu yang optimal saat akhir kala nifas.
(Manuaba,
2010, hal 109).
3. Pentingnya Asuhan Antenatal
Pentingnya
mendapatkan asuhan antenatal, yaitu:
a) Membangun
rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan.
b) Mengupayakan
terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya.
c) Memperoleh
informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya.
d) Mengidentifikasi
dan menatalaksana kehamilan risiko tinggi.
e) Memberikan
pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas kehamilan dan
merawat bayi.
f) Menghindarkan
gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu
hamil dan bayi yang dikandungnya.
4. Jadwal Kunjungan Asuhan
Antenatal
Bila
kehamilan termasuk risiko jadwal kunjungan harus lebih ketat, namun, bila
kehamilan normal jadwal asuhan cukup 4 kali. Dalam bahasa program kesehatan ibu
dan anak, kunjungan antenatal ini diberi kode angka K yang merupakan singkatan
dari kunjungan.
Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3, dan
K4. Hal ini berarti, minimal dilakukan sekali kunjungan antenatal hingga usia
kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal selama kehamilan 28-36 minggu
dan sebanyak dua kali kunjungan untuk asuhan antenatal pada usia kehamilan di
atas 36 minggu.(Sarwono Prawirohardjo, 2008, hal 279).
C. Tinjauan umum tentang
abortus
1.
Pengertian
Keguguran
adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan .
di bawah ini di kemukakan beberapa definisi para ahli tentang abortus.
EASTMAN : Abortus adalah keadaan
terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar
uterus.belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara
400-1000 gram,atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu.
JEFFCOAT : Abortus adalah pengeluaran
dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu, yaitu fetus belum viable.
HOLMER
: Abortus adalah terputusnya
kehamilan sebelum minggu ke 16, dimana proses plasentasi belum selesai.
Abortus
adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan. Sebagai batasan adalah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram
( Sarwono Prawirohardjo ,2008).
Abortus
adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum
mencaoai 20/22/28 minggu( berbeda tiap literatur) dan beratnya kurang dari 500
gram(Sujiyatini,M.keb,2009).
Abortus
adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) sebelum
kehamilan tersebut berusia 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram atau
buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan(Eni Nur Rahmawati,
2011).
Keguguran
atau Abortus adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar
kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau usia kehamilan kurang
dari 28 minggu (Manuaba.I.B.G,2010).
2. Etiologi
Pada
kehamilan muda abortus tidak jarang di dahului oleh kematian mudigah.sebaliknya
pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin di keluarkan dalam keaadaan masih
hidup.
Kelainana
pertumbuhan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada
kehamilan muda.faktor- faktor yang dapat
menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut
a. Kelaianan kromoson kelainan yang sering di
temukan pada abortus spontan adalah trisomi,poliploidi dan kemungkinan pula
kelainan kromoson seks.
b.
Lingkungan kurang sempurna
bila lingkungan di endometrium di sekitar
tempat implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat- zat makanan pada
hasil konsepsi terganggu.
c. Pengaruh dari luar Radiasi
virus,obat- obat, dan
sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya
dalam uterus.
Pengaruh ini umumnya
di namakan pengaruh teratogen.Zat teratogen yang lain misalnya
tembakau,alkohol,kafein, dan lainnya.
d. Kelainan
pada placenta
Endarteritis dapat
terjadi dalam vili chorialis dan oksigen placenta terganggu,sehingga
menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
kematian janin keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena
hipertensi menahun
e. Penyakit Ibu
1) Penyakit
infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu;pneumonia,tifus
abdominalis,pielonefritis, malarie ,dan lainnya. Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat
melalui placenta masuk ke janin,
sehingga menyebabkan kematian janin, kemudian dapat terjadi abortus
2) Kelainan
endokrin misalnya diabetes mellitus,
berkaitan dengan derajat kontrol metabolik pada trimester pertama.selain itu
juga hypotirodisme dapat meningkatkan resiko terjadinya abortus, dimana auto
anti bodi tiroid menyebabkan peningkatan insidensi abortus walaupun tidak terjadi hipotiroidisme yang nyata.
3) .
Kelainan traktus urogenital
mioma uteri , atau
kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus.tetapi ,harus diingat bahwa
hanya rertroversion uteri gravid inkarserata
atau mioma sub mukosa yang
memegang peranan penting.
Sebab
lain abortus dalam trimester ke- 2 ialah
serviks inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi
serviks berlebihan, konisasi,amputasi,atau robekan serviks luas yang tidak di jahit.
3.
Patofisiologi terjadinya abortus
Pada awal abortus terjadi
perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan di
sekitarnya.hal tersebut menyebabkan
hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda
asing dalam uterus. keadaan ini
menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.
pada kehamilan kurang
dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya di keluarkan
seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua lebih dalam,sehingga
hasil konsepsi mudah di lepaskan .pada kehamilan 8 sampai 14 minggu villi
korialis menembus desidua lebih dalam sehingga umumnya plasenta tidak di
lepaskan sempurna yang dapat menyebabkan
banyak perdarahan.
Pada kehamilan 14 minggu ke atas umumnya
yang di keluarkan setelah ketuban pecah
adalah janin di susul dengan plasenta. Perdarahan jumlahnya tidak banyak jika
placenta segera terlepas dengan lengkap
Hasil
konsepsi pada abortus dapat di keluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya
kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk jelas(
blighted ovum) atau janin telah mati dalam waktu yang lama ( missed abortion). apabila
mudigah yang mati tidak di keluarkan
secepatnya,maka akan menjadi mola karneosa.Mola karneosa merupakan suatu ovum
yang di kelilingi oleh kapsul bekuan darah.Kapsul memiliki ketebalan
bervariasi, dengan villi koriales yang telah bergenerasi tersebar diantaranya.
Rongga
kecil di dalam yang terisi cairan tampak mennggepeng dan terdistorsi akibat
dinding bekuan darah yang lama tebal.Bentuk lainnya adalah mola tuberosa,dalam
hal ini amnion tampak berbenjol- benjol karena terjadi hematoma antara amnion
dan korion.
Pada janin yang telah meninnggal dan
tidak di keluarkan dapat terjadi proses mumifikasi.Mumifikasi merupakan proses
pengeringan janin karena cairan amnion berkurang akibat di serap,kemudian janin
menjadi gepeng (fetus kompresus).dalam tingkat lebih lanjut janin dapat menjadi
tipis seperti kertas perkamen ( fetus papiraseus).kemungkinan lain pada janin
mati yang tidak cepat di keluarkan adalah terjadinya maserasi.
Tulang
–tulang tengkorak kolaps dan abdomen kembung oleh cairan yang mengandung darah.
Kulit melunak dan terkelupas in utero atau dengan sentuhan ringan.organ- organ
dalam mengalami degenerasi dan nekrosis.
4. Klasifikasi
Abortus berdasarkan tindakan
Berdasarkan jenis tindakan, abortus di
bedakan menjadi 2 golongan yaitu;
1)
Abortus spontan
Abortus
yang berlangsung tanpa tindakan. Kata lain yang di gunakan adalah keguguran (
miscarriage).
2)
Abortus provokatus
Abortus
provokatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat suatu
tindakan.
Abortus provokatus di bagi
menjadi 2 yaitu :
1) Abortus provokatus terapeutik/ artificialis
Merupakan terminasi kehamilan
secara medis atau bedah sebelum janin mampu hidup (viabel). Beberapa indikasi
untuk abortus terapeutik diantaranya adalah penyakit jantung persisten dengan
riwayat dekompensasi cordis dan penyakit vaskuler hipertensi tahap lanjut. Yang
lain adalah carsinoma serviks invasif. American College Obstetricians and
gynecologists (1987) menetapkan petunjuk untuk abortus terapeutik:
a.
Apabila berlanjutnya
kehamilan dapat mengancam nyawa Ibu atau mengganggu kesehatan secara serius.
Dalam menentukan apakah memang terdapat resiko kesehatan perlu di pertimbangkan
faktor lingkungan pasien.
b.
Apabila kehamilan terjadi
akibat perkosaan atau incest. Dalam hal ini pada evaluasi wanita yang
bersangkutan perlu di terapkan kriteria medis yang sama.
c.
Apabila berlanjutnya
kehamilan kemungkinana besar menyebabkan lahirnya bayi dengan retardasi mental
atau deformitas fisik yang berat
2) Abortus provokatus kriminalis
Abortus provokatus
kriminalis adalah interupsi kehamilan sebelim janin mampu hidup atas permintaan
wanita yang bersangkutan, tetapi bukan karena alasan penyakit janin atau
gangguan kesehatan Ibu.sebagian besar abortus yang di lakukan saat ini termasuk
dalam kategori ini.
Secara klinik abortus dapat di klasifikasikan
menjadi :
1) Abortus imminens
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya
perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi
masih dalam uterus dan tanpa dilatasi serviks. Pada kondisi seperti ini,
kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahangkan.
2) Abortus insipiens
Abortus
insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum kehamilan
20 minggu dengan adamya dilatasi serviks uterus yang meningkat,tetapi hasil
konsepsi masih dalam uterus. Kondisi ini menunjukkan proses abortus sedang
berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus inkomplit atau komplit.
3) Abortus inkomplit
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian
hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minngu dengan masih ada sisa
tertinggal dalam uterus.
4) Abortus komplit
Abortus
komplit adalah pengeluaran seluruh hasil konsepsi pada kehamilan 20 minggu.
5) Abortus tertunda ( Missed abortion)
Abortus
tertunda adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu,tetapi janin yang mati
tersebut tidak di keluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed
abortion tidak di ketahui,tetapi di duga adanya pengaruh hormon progesteron.
Pemakaian hormon progesteron pada abortus imminens mungkin juga dapat
menyebabkan missed abortion.
6) Abortus habitualis
Abortus
habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-
turut.etiologi abortus habitualis pada dasarnya sama dengan penyebab abortus
spontan.selain itu telah di temukan sebab imunologik yaitu kegagalan reaksi
terhadap antigen lymphocyte trophoblast cross reactiv (TLX). Pasien dengan
reaksi lemah atau tidak ada akan mengalami abortus.
7) Abortus infeksiosa, abortus septik
Abortus infeksiosa adalah
abortus yang disertai infeksi pada genetalia,sedangkan abortus septik adalah
abortus infeksiosa berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam
peredaran darah atau peritonium.
8) Abortus servikalis
Pada
abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus di halangi oleh ostium uteri eksternum yang
tidak membuka,sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis,dan serviks
uteri menjadi besar dengan dinding yang menipis.
5. Diagnosis
Abortus
harus di duga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang
perdarahan pervaginam setelah mengalami terlambat haid. Kecurigaan tersebut di
perkuat dengan di tentukannya kehamianlan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes kehamilan secara biologis(
Galli Manini) atau imonologik ( pregnosticon,Gravindex ).
Sebagai kemungkinan diagnosisi yang lain harus di pikirkan
kehamilan ektopik terganggu,molahidatidosa,atau kehamilan dengan kelainan pada
serviks. Kehamilan ektopik terganggu dengan hematokel retrouterina kadang sulit
di bedakan dengan abortus di mana uterus posisi retroversi. Pada keduanya ditemukan amenorrhea di sertai
perdarahan pervaginam, rasa nyeri di perut bagian bawah, dan tumor di belakang
uterus. Tetapi keluhan nyeri biasanya lebih hebat pada kehamilan ektopik.
Apabila gejala- gejala menunjukkan
kehamilan ektopik terganggu,dapat dilakukan kuldosintetis untuk memastikan
diagnosanya. Pada molahidatidosa uterus biasanya lebih besar daripada lamanya
amenorrea dan muntah lebih sering. Apabila ada kecurigaan terhadap
molahidatidosa, perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi.
Karsinoma
servik uteri, polypus serviks dan sebagainya dapat menyertai kehamilan.
Perdarahan dari kelainan ini dapat menyerupai abortus. Pemeriksaan dengan
spekulum , pemeriksaan dengan sitologik dan biopsi dapat menentukan diagnosis
dengan pasti.
Abortus
imminens
Diagnosis abortus imminens di
tentukan karena adanya perdarahan melalui ostium uteri eksternum, di sertai
mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar sebesar tuanya kehamilan,
serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif.
Pada beberapa wanita hamil dapat timbul
perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya datang jika tidak terjadi
pembuahan. Hal ini di sebabkan oleh penembusan villi korialis ke dalam
desidua,pada saat implantasi ovum. Perdarahan implantasi biasanya sedikit,
darah berwarna merah, dan cepat berhenti, serta tidak di sertai mules.
Pemeriksaan
penunjang yang dapat ,menegakkan diagnosa abortus imminens salah satunya adalah
dengan pemeriksaan USG. Pada USG dapat di temukan buah kehamilan masih
utuh,tetapi pulsasi jantung janin belum jelas.
Abortus
insipiens
Diagnosis abortus insipiens
ditentukan karena adanya perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai
mules atau adanya kontraksi uterus. Pada pemeriksaan dalam,ostium terbuka, buah
kehamilan masih di dalam uterus,serta ketuban masih utuh dan dapat menonjol.
Pada kehamilan lebih dari 12 minggu biasanya perdarahan tidak banyak dan bahaya
perforasi pada kerokan akan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus
dipercepat dengan pemberian infus oksitosin.
Abortus
Inkomplit
Diagnosis abortus inkomplit di
tentukan karena adanya perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai
mules atau adanya kontraksi uterus. Apabila perdarahan banyak dapat menyebabkan
syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi di
keluarkan. Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan jaringan
dapat di raba dalam kavum uteri atau kadang- kadang sudah menonjol dari ostium
uteri eksternum.
Abortus inkomplit sering
berhubungan dengan aborsi yang tidak aman, oleh karena itu periksa tanda- tanda komplikasi yang
mungkin terjadi akibat abortus provokatus seperti perforasi, dan tanda – tanda
infeksi atau sepsis.
Abortus
komplit
Pada abortus komplit di temukan
adanya perdarahan yang sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus telah
mengecil. Diagnosis dapat di permudah apabila hasil konsepsi dapat di periksa
dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
Abortus
tertunda ( missed abortin )
Dahulu diagnosis biasanya tidak
dapat di tentukan dalam satu kali pemeriksaan, melainkan memerlukan waktu
pengamatan untuk menilai tanda-tanda tidak
tumbuhnya atau bahkan mengecilnya uterus yang kemudian menghilang secara
spontan atau setelah pengobatan. Gejala subyektif kehamilan menghilang, mammae
agak mengendor lagi, uterus tidak membesar lagi bahkan mengecil, tes kehamilan
menjadi negatif, serta denyut jantung janin menghilang.
Dengan ultra sonografi ( USG )
dapat di tentukan segera apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan
usia kehamilan. Perlu di ketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang di
sertai gangguan pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga pemeriksaan
ke arah itu perlu di lakukan.
Abortus
habitualis
Diagnosis abortus habitualis tidak
sukar ditentukan dengan anamnesis. Khususnya diagnosis abortus habitualis
karena inkompetensi menunjukkan gambaran klinik yang khas yaitu dalam kehamilan
triwulan kedua terjadi pembukaan serviks tanpa disertai rasa mules, ketuban
menonjol dan pada suatu saat pecah. kemudian timbul mules yang selanjutnya
diikuti dengan pemeriksaan vaginal tiap minggu. Penderita sering mengeluh bahwa
ia telah mengeluarkan banyak lendir dari vagina.
Diluar kehamilan penentuan serviks inkompeten
di lakukan dengan histerosalfingografi yaitu ostium internum uteri melebar
lebih dari 8 mm.
Abortus
infeksiosa, abortus septik
Diagnosis abortus infeksiosa di
tentukan dengan adanya abortus yang disertai gejala dan tanda infeksi alat
genetalia, seperti panas, takikardi, perdarahan pervaginam yang berbau,uterus
yang membesar, lembek serta nyeri tekan, dan adanya leukositosis.Apabila
terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat,kadang-kadang menggigil. Demam
tinggi, dan tekanan darah menurun. Untuk mengetahui kuman penyebab perlu di
lakukan pembiakan darah dan getah pada serviks uteri.
Abortus
servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya
hasil konsepsi dari uterus di halangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak
membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis sevikalis, dan serviks uteri
menjadi besar dengan dinding yang menipis. Pada pemeriksaan di temukan serviks
membesar dan diatas ostium uteri eksternum teraba jaringan.
6. Penanganan
1. Penilaian awal
Untuk
penanganan yang memadai, segera lakukan penilaian dari:
Keadaan
umum pasien
a)
Tanda – tanda syok seperti
pucat,berkeringat banyak,pingsan, tekanan sistolik < 90 mmhg, nadi > 112
x / menit. Bila syok disertai dengan massa lunak di adneksa, nyeri perut bawah,
adanya cairan bebas dalam cavum pelvis, pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik
terganggu.
b)
Tanda – tanda infeksi atau
sepsis seperti demam tinggi,sekret berbau pervaginam, nyeri perut bawah,
dinding perut tegang, nyeri goyang portio, dehidrasi, gelisah atau pingsan.
c)
Tentukan melalui evaluasi
medik apakah pasien dapat di tatalaksana pada fasilitas kesehatan setempat atau
di rujuk (setelah di lakukan stabilisasi).
d)
Penanganan
spesifik
1.
Abortus imminens
a. Tidak
diperlukan pengobatan medis yang khusus atau tirah baring total
b. Anjurkan
untuk tidak melakukan aktivitas fisik secara berlebihan atau melakukan hubungan
seksual.
c. Bila
perdarahan berhenti; lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila terjadi perdarahan lagi
d. Bila
perdarahan terus berlangsung; nilai kondisi janin (uji kehamilan /USG) lakukan
konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola).
e. Pada
fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas,pemantauan hanya dilakukan melalui
gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologis
2.
Abortu insipiens
a. Lakukan
prosedur evakuasi hasil konsepsi. Bila usia gestasi ≤ 16 minggu,evakuasi
dilakukan dengan peralatan aspirasi vakum manual (AVM ) Setelah bagian – bagian
janin di keluarkan. Bila usia gestasi ≥ 16 minggu,evakuasi di lakukan dengan
prosedur di latasi dan kuretase (D & K)
b. bila
prosedur evakuasi tidak dapat segera dilaksanakan atau usia gestasi lebih besar
dari 16 minggu, lakukan tindakan pendahuluan dengan:
1) Infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml NS atau RL mulai
dengan 8 tetes/menit yang dapat di naikkan hingga 40 tetes/menit,sesuai dengan
kondisi kontraksi uterus hingga terjadi pengeluaran hasil konsepsi.
2) Ergometrin 0,2 mg IM yang di ulangi 15 menit
kemudian.
3) Misoprostol 400 mg peroral dan apabila masih
diperlukan, dapat diulangi dengan dosis yang sama setelah 4 jam dari dosis
awal.
c. Hasil
konsepsi yang tersisa dalam kavum uteri dapat di keluarkan dengan AVM atau D&K (hati-hati resiko
peforasi )
3.
Abortus komplit
a. Apabila kondisi pasien baik,cukup di beri tablet ergometrin 3x1
tablet/ hari untuk 3 hari
b. Apabila pasien mengalami anemia
sedang,berikan tablet sulfas ferosus 600 mg/ hari selama 2 minggu di sertai
dengan anjuran mengkomsumsi makanan bergizi.untuk anemia berat berikan transfusi
darah.
c. Apabila
tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu di beri antibiotika, atau
apabila khawatir akan infeksi dapat di beri anti biotik profilaksis.
a. Abortus
infeksiosa
a.
Kasus ini beresiko tinggi untuk terjadi
sepsis,apabila fasilitas kesehatan setempat tidak tidak mempuyai fasilitas yang
memadai, rujuk pasien ke RS.
b. Sebelum merujuk pasien lakukan restorasi
cairan yang hilang dengan NS atau RL melalui infuse dan berikan antibiotik(
misalnya ampicillin 1gr dan metronidazole 500 mg).
c. Jika ada riwayat abortus tidak aman,beri ATS
dan TT.
d. Pada fasilitas kesehatan yang lengkap, dengan
perlindungan antibiotik berspektrum luas dan upaya stabilisasi hingga kondisi
pasien memadai, dapat di lakukan pengosongan uterus dengan segera (lakukan
secara hati-hati karena tingginya kejadian perforasi pada kondisi ini).
1Tabel 2.1 kombinasi
antibiotika untuk abortus infeksiosa
Kombinasi
antibiotika
|
Dosis
oral
|
Catatan
|
Ampicillin
dan metronidazole
|
3x1
gr oral
dan
3x500 mg
|
Berspektrum
luas dan mencakup untuk gonorrhea dan bakteri
anaerob
|
Tetrasiklin
dan klindamisin
|
4x
500 mg
dan
2x 300 mg
|
Baik
untuk klamidia,gonorrhea,
bakteroidesfragilis
|
Trimethoprim
dan sulfamethoksazol
|
160
mg
dan
800 mg
|
Spectrum
cukup luas dan harganya relatif murah
|
Table
2.2 antibiotika parenteral untuk abortus septik
Antibiotika
|
Cara pemberian
|
Dosis
|
Sulbenisillin
gentamicin
metronidazole
|
IV
|
3x1 gr
2x80 gr
2x1gr
|
Ceftriaksone
|
IV
|
1x1 gr
|
Amoksicillin +
Klavulanik acid klindamisin
|
IV
I V
|
3 x500 mg
3x600 mg
|
4.
Abortus tertunda (missed
abortion)
Missed
abortion seharusnya ditangani di rumah sakit atas pertimbangan :
a. Placenta
dapat melekat erat di dinding rahim, sehingga prosedur evakuasi (kuretase)akan
lebih sulit dan resiko perforasi lebih tinggi.
b.
Pada umunya kanalis serikalis dalam keadaan keadaan tertutup sehingga perlu
tindakan dilatasi dengan batang laminaria selama 12 jam.
c. Tingginya
kejadian komplikasi hipofibrinogenemia yang berlanjut dengan gangguan pembekuan
darah.
5.
Abortus habitualis
a. Penyebab dari abortus habitualis sebagian
besar tidak di ketahui oleh karena itu penanganannya terdiri dari: memperbaiki
keadaan umum,pemberian makanan yang sempurna ,menganjurkan untuk istirahat yang
cukup, larangan koitus dan olahraga.
b. Terapi
dengan hormon progesteron,vitamin,hormon tiroid, dan lainnya mungkin hanya
mempunyai pengaruh psikologis karena
penderita mendapat kesan penderita diobati
c.
Apabila pada pemeriksaan histerosalpingografi yang di lakukan di luar kehamilan
menunjukkan kelainan miom submukosa atau uterus bikornus maka kelainan tersebut
dapat di perbaiki dengan pengeluaran miom atau penyatuan kornu uterus dengan
operasi menurut strassman
d. Pada serviks inkompeten, apabila penderita
telah hamil sebaiknya di lakukan pada kehamilan 12 minggu atau lebih sedikit.
Dasar operasi adalah memperkuat jaringan serviks yang lemah dengan melingkari
daerah ostium uteri internum dengan
benang sutera atau dakron yang tebal.
Bila terjadi gejala dan tanda
abortus insipiens,maka benang harus segera di putuskan,agar pengeluaran janin
tidak terhalangi.apabila operasi berhasil, maka kehamilan dapat dilanjutkan
sampai hampir cukup bulan dan benang dipotong pada kehamilan 38 minggu. Operasi
tersebut dapat di lakukan menurut cara Shirodkar atau cara Mac Donald.
6.
Abortus servikalis
Terapi terdiri atas dilatasi serviks
dengan busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis
servikalis.
F.Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya
pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok.
a.
Perdarahan
perdarahan dapat di atasi
dengan pengosongan uterus dari sisa- sisa hasil konsepsi dan jika pelu
diberikan transfusi darah,kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak di berikan pada waktunya.
b. Perforasi
Perforasi
uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi.jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu di amati dengan
teliti.jika ada tanda bahaya,perlu segera di lakukan laparatomi dan tergantung
dari luas dan bentuk perforasi,penjahitan luka perforasi atau perlu
histerektomi
c.
Infeksi
Infeksi
dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi biasanya di
dapatkan pada abortus inkomplet yang berkaitan erat dengan suatu abortus yang
tidak aman( unsafe abortion).
d.
Syok
Syok pada
abortus dapat terjadi karena pendarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi
berat (syok endoseptik).
D.
Tinjauan umum tentang abortus inkomplit.
1. Pengertian Abortus Inkomplit
Abortus
inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa yang yang tertinggal dalam uterus.sehingga sisanya
memberikan gejala klinis.( Sujiyatini,M.Keb,2009)
Abortus
inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi dari kavum uteri pada
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.( Sarwono
Prawirohardjo,2008)
2. Gejala
klinis yang dapat terjadi:
a) Perdarahan
memanjang, sampai terjadi keadaan anemis.
b) Perdarahan
mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat.
c) Terjadi
infeksi dengan di tandai suhu tinggi.
d) Dapat
terjadi degenerasi ganas (korio karsinoma).
Gambar 1. Abortus Inkomplit
Sumber
: Farrer, H, 2001, Hal 54
Pada pemeriksaan di jumpai gambaran :
a)
Kanalis servikalis terbuka
b)
Dapat diraba jaringan dalam
rahim atau di kanalis servikalis atau kadang- kadang sudah menonjol dari ostium
uteri eksternum.
c)
Kanalis servikalis tertutup
dan perdarahan berlangsung terus
d)
Dengan pemeriksaan sonde
perdarahan bertambah.
e)
Pada USG di dapatkan
endometrium yang tipis dan irreguler.
f)
Abortus yang baru terjadi
didapati serviks terbuka serta uterus yang berukuran lebih kecil dari kehamilan
dan kantong gestasi sulit untuk di kenali
3. Penanganan abortus inkomplit :
Bila terjadi perdarahan yang hebat dapat di
pasang infus dan transfusi darah untuk memulihkan keadaan umum. di anjurkan
segera melakukan pengeluaran sisa hasil konsepsi secara digital agar jaringan
yang mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera di keluarkan,kontraksi
uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa berhenti,selanjutnya di
lakukan tindakan kuretase langsung pada umur kehamilan kurang dari 14 minggu.
Dan dengan induksi pada umur kehamilan diatas 14 minggu.
Pengobatan yang di
berikan yaitu uterustonika dan anti biotika untuk menghindari terjadinya
infeksi.
Penanganan spesifik :
a) Tentukan besar uterus ( taksir usia
gestasi),kenali dan atasi setiap komplikasi ( perdarahan hebat, syok, infeksi
atau sepsis).
b)
Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai dengan perdarahan
hingga ukuran sedang,dapat di keluarkan secara di gital atau cunan ovum.
Setelah itu evaluasi perdarahan. Bila perdarahan terus berlangsung,evakuasi
sisa hasil konsepsi dengan AVM atau D& K( pilihan tergantung dari usia
gestasi,pembukaan serviks dan keberadaan bagian – bagian janin.Bila perdarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg peroral.
b) Bila
tidak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotik profilaksis ( ampisilin 500 mg
oral atau doksisiklin 100 mg )
c) Bila
terjadi infeksi ,beri ampisillin 1gr dan metronidazole 500 mg setiap 8 jam.
d) Bila
terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi dibawah 16 minggu,segera lakukan
evakuasi dengan AVM.
e) Bila
pasien tampak anemik, berikan sulfas ferosus 600 mg perhari selama 2 minggu
(anemi sedang) atau transfusi darah (anemi berat).
Pada
beberapa kasus ,abortus inkomplit erat kaitannya dengan abortus tidak aman,oleh
sebab itu perhatikan hal-hal berikut
a) Pastikan
tidak ada komlikasi berat seperti sepsis,perforasi uterus,atau cidera intra
abdomen(mual/muntah,nyeri punggung,demam,perut kembung,nyeri perut bwah,dinding
perut tegang,nyeri ulng lepas).
b) Bersihkan
ramuan tradisional, jamu,bahan kaustik,kayu,atau benda- benda lainnya dari
region genitalia.
c) Berikan
boster tetanus toksoid 0,5 ml bila tampak luka kotor pada dinding vagina atau
kanalis servikalis dan pasien pernah diimunisasi.
d) Bila
riwayat pemberian imunisasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus (ATS) 1500
unit IM diikuti dengan pemberian tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu.
Konseling
untuk kontrasepsi pasca keguguran dan pemantauan lanjut.
E.
Proses Asuhan kebidanan
1.
Pengertian
asuhan kebidanan
Asuhan
kebidanan adalah suatu metode penyelesaian masalah dengan memberikan perawatan,
membantu pengambilan keputusan klinis dan tindakan dalam suatu alur yang logis
untuk keuntungan pasien. (Helen Varney,
2007, Hal. 26)
2.
Tahapan
dalam asuhan kebidanan
Proses asuhan kebidanan terdiri dari 7
langkah yaitu :
a. Langkah
pertama adalah mengumpulkan data dasar yang menyeluruh untuk mengevaluasi ibu
dan bayi baru lahir. Data dasar ini meliputi pengkajian riwayat, pemeriksaan
fisik sesuai indikasi, meninjau kembali proses perkembangan keperawatan saat
ini atau catatan rumah sakit terdahulu, dan meninjau kembali data hasil
laboratorium. Data dasar yang diperlukan adalah semua data yang berasal dari
sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi ibu dan bayi baru lahir.
b. Langkah
kedua adalah menginterpretasikan data untuk kemudian diproses menjadi masalah
atau diagnosa serta kebutuhan keperawatan kesehatan yang diidentifikasi khusus.
Kata masalah dari diagnosa sama-sama digunakan karena beberapa masalah tidak
dapat didefisinikan sebagai sebuah diagnosa, tetapi perlu pertimbangan dalam
mengembangkan rencana perawatan kesehatan yang menyeluruh.
c. Langkah
ketiga adalah mengidentifikasi masalah dan diagnosa potensial berdasarkan
masalah dan diagnosa saat ini berkenaan dengan tindakan antisipasi, pencegahan
jika memungkinkan, menunggu dengan waspada penuh, dan persiapan terhadap
keadaan yang mungkin muncul. Langkah ini sangat penting dalam memberikan
perawatan kesehatan yang aman.
d. Langkah
keempat adalah mencerminkan sifat kesinambungan proses penatalaksanaan, yang
tidak hanya dilakukan selama perawatan primer atau kunjungan pranatal periodik,
tetapi juga saat bidan melakukan perawatan berkelanjutan. Beberapa data
mengindikasikan situasi kedaruratan yang mengharuskan bidan mengambil tindakan
secara cepat.
e. Langkah
kelima adalah mengembangkan semua rencana keperawatan yang menyeluruh
ditentukan dengan mengacu pada hasil langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
pengembangan masalah atau diagnosa yang diidentifikasi baik pada saat ini
maupun yang dapat diantisipasi serta perawatan kesehatan yang dibutuhkan.
Langkah ini dilakukan untuk melengkapi data dasar.
Sebuah
rencana perawatan yang menyeluruh yang tidak hanya melibatkan kondisi ibu atau
bayi baru lahir yang terlihat dengan masalah lain, tetapi juga menggambarkan
petunjuk antisipasi bagi ibu dan orang tua tentang apa yang akan terjadi
selanjutnya.
f. Langkah
keenam adalah melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh. Langkah ini
dapat dilakukan secara keseluruhan oleh bidan atau dilakukan sebagian oleh ibu
atau orang tua, bidan, atau untuk memastikan bahwa implementasi benar-benar
dilakukan.
g. Langkah
ketujuh adalah evaluasi merupakan tindakan untuk memeriksa apakah rencana
perawatan yang dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan yaitu memenuhi
kebutuhan ibu, seperti yang diidentifikasi pada langkah kedua tentang masalah,
diagnosa, maupun kebutuhan perawatan kesehatan.
Rencana
tersebut menjadi efektif bila bidan mengimplementasikan semua tindakan dalam
rencana dan menjadi tidak efektif bila tidak diimplementasikan. (Helen Varney, 2007, hal. 27-28)
3.
Pendokumentasian
asuhan kebidanan
a. Pengertian
pendokumentasian
Pendokumentasian
adalah alur pikir bidan saat menghadapi klien yang meliputi tujuh langkah agar
diketahui orang lain, apa yang telah dilakukan oleh bidan melalui proses
berpikir sistematis maka dokumentasi dalam bentuk SOAP.
b. Pendokumentasian
dalam bentuk SOAP
1) Subjektif
(S)
Menggambarkan
pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis sebagai langkah
I varney
2) Objektif
(O)
Menggambarkan
pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik laboratorium klien dan test diagnostic
lain yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I
varney.
3) Assessment
(A)
Menggambarkan,
pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif
dalam suatu identifikasi.
a) Diagnosa/masalah
b) Antisipasi
diagnosa/masalah potensial
c) Perlunya
tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/kolaborasi dan rujukan
sebagai langkah 2, 3, dan 4 varney.
4) Planning
(P)
Menggambarkan
pendokumentasian dan perencanaan, tindakan implementasi dan evaluasi
berdasarkan sebagai langkah 5,6, dan 7 varney.
Bagan 1 : Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Alur Fikir Bidan pencatatan dari Asuhan Kebidanan
Proses Manajemen
Kebidanan
|
Pendokumentasian
Asuhan Kebidanan
|
7 LANGKAH
VARNEY
|
5 LANGKAH
(KOMPETENSI 1 BIDAN)
|
|
SOAP NOTES
|
1. Pengumpulan Data Dasar
|
Data
|
Subjektif
(hasil Anamnesis)
Objektif (Pemeriksaan)
|
|
2.
Interpretasi Data : Diagnosis, Masalah, Kebutuhan
|
Asessment/
Diagnosis
|
Asessment (Analisa dan Interpretasi
data
a.
Diagnosis
dan Masalah
b.
Diagnosis
atau Masalah Potensial
c.
Kebutuhan
Tindakan Segera
|
|
3.
Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
|
|||
4.
Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera secara
Mandiri, Konsultasi atau Kolaborasi
|
|||
5.
Rencana Asuhan :
§ Melengkapi data : Tes
Diagnostik/
Laboratorium
§ Pendidikan/
Konseling
§ Rujukan
§ Follow Up)
|
Planning
|
Planning (Dokumentasi Implementasi
dan Evaluasi)
a.
Asuhan
Mandiri
b.
Kolaborasi
c.
Tes
Diagnostik atau tes Laboratorium
d.
Konseling
e.
Follow
Up
|
|
6.
Pelaksanaan
|
Implementasi
|
||
7.
Evaluasi
|
Evaluasi
|
Gambar 5. Keterkaitan
antara Asuhan Kebidanan dan
Sistem
Pendokumentasian SOAP (Sumber: Varney,
2007)
BAB III
STUDY KASUS
ASUHAN
KEBIDANAN PADA Ny “D”GESTASI 15
MINGGU
ENAM HARI DENGAN ABORTUS
INKOMPLIT
DI
RSUD.LABUANG BAJI MAKASSAR
TANGGAL
20 JUNI 2012
No register : 12-92-02
Tanggal
masuk rumah sakit : 20
juni 2012 jam
16 .00
Tanggal
pengkajian : 20 juni
2012 jam 17.00
A.
Identifikasi
data dasar
1. Identitas
Ibu / Suami
Nama
ibu / suami :Ny “D” / Tn “ B”
Umur :
42 Tahun / 50 Tahun
Nikah : Menikah1x ±24 tahun
menikah2
Suku
: Makasar / Makassar
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMA / SI
Pekerjaan : Irt / Pegawai negeri
Alamat: :
jln. Sapiria ( Benteng SombaOpu)
2. Riwayat Kehamilan sekarang :
a. G
VIII PVII AO
b. HPHT
tanggal 01-03- 2012
c.
|
d. Ibu
tidak pernah tes kehamilan
e. Ibu belum pernah memeriksakan ke hamilannya
f. Ibu tidak pernah ke dukun dan tidak pernah minum
obat-obatan dan jamu.
g. Tanggal
13-06-2012 jam 10.00 wita ibu terjatuh
dari motor, dan posisi pada saat jatuh terlempar ke dalam got. dirasakan nyeri
perut bagian bawah, keluar darah dari jalan lahir sedikit-sedikit dialami ± 4 hari lamanya. Tanggal 18-06- 2012 keluar jaringan menyerupai janin disertai
pengeluaran darah yg banyak. kurang lebih dua sarung berwarna merah kehitaman.
Tanggal 20-06-2012 jam 16.35 pasien masuk rumah sakit dengan keluhan panas
tinggi.
h. Keluhan
nyeri masih di rasakan , pengeluaran darah masih ada seperti darah haid
i. Usaha
ibu untuk mengatasi keluhan dengan istirahat baring
j. Ibu
khawatir dengan keadaanya sekarang
3. Riwayat Reproduksi
1. Riwayat
haid
a) Menarche umur 13 tahun
b) Siklus haid
28-30 hari
c) Lamanya haid
7 hari
2. Riwayat
ginekologi
Ibu tidak pernah menderita penyakit menular
seksual, penyakit tumor, kanker, dan lain-lain.
3. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu :
Tabel 3 : Riwayat kehamilan, persalinan, dan
nifas yang lalu
no
|
tahun
|
Kehamilan
|
|
Persalinan
|
|
|
Bayi/anak
|
|
nifas
|
|
|
|
Umur
|
Jenis
|
tempat
|
penolong
|
jk
|
Berat
badan
|
keadaan
|
Menyusui
|
tidak
|
1
|
1989
|
Aterm
|
Spontan
|
RS
|
Bidan
|
ð
|
2600
gram
|
sehat
|
ya
|
|
2
|
1993
|
Aterm
|
Spontan
|
RS
|
Bidan
|
ǫ
|
2700
gram
|
sehat
|
ya
|
|
3
|
1997
|
Aterm
|
Spontan
|
RS
|
Bidan
|
ǫ
|
2600
|
sehat
|
ya
|
|
4
|
2000
|
Aterm
|
Spontan
|
RS
|
Bidan
|
ð
|
2800
|
sehat
|
ya
|
|
5
|
2003
|
Aterm
|
Spontan
|
RS
|
Bidan
|
ǫ
|
2600
|
Sehat
|
ya
|
|
6
|
2005
|
Aterm
|
Spontan
|
RS
|
Bidan
|
ð
|
3000
|
sehat
|
ya
|
|
7
|
2007
|
Aterm
|
Spontan
|
RS
|
Bidan
|
ǫ
|
3000
|
sehat
|
ya
|
|
8
|
|
|
Hamil
|
Sekarang
|
|
|
|
|
|
|
4) .
Riwayat Keluarga Berencana
Ibu
pernah menggunakan KB suntik ±1 tahun, mulai tahun 2007 sampai pada tahun 2008,
ibu melepasnya dengan alasan selalu haid sedikit - sedikit. setelah itu ibu
menggunakan KB alamiah jenis coitus interuptus.
4. Riwayat
Kesehatan Yang Lalu
a. Tidak
ada riwayat opname dan tidak pernah mengalami penyakit jantung, hypertensi
kronis, malaria dan diabetes mellitus.
b. Tidak
ada riwayat operasi dan transfusi darah.
c. Tidak
ada riwayat alergi obat-obatan, makanan maupun minuman.
d. Tidak
ada riwayat ketergantungan obat-obatan dan alkohol.
5. Riwayat
Psikologi, Sosial, Ekonomi dan Spiritual :
a. Ibu
Menikah satu kali dengan suami sekarang ±24 tahun, sementara suami sudah
menikah 2x, hubungan ibu dengan suami sekarang tetap harmonis
b. Hubungan
Ibu dengan keluarga dan petugas baik.
c. Ibu
dan keluarga berharap ingin cepat ditolong dan cepat sembuh
d. Biaya
kebutuhan sehari-hari dalam keluarga mencukupi
e. Ibu dan keluarga taat beribadah, rajin berdoa
agar keadaannya cepat membaik dan keluar dari rumah sakit.
6. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar
a. Kebutuhan
nutrisi
1) Pola makan : Nasi, sayur dan lauk pauk
2) Frekuensi makan : 2x sehari
3) Kebutuhan cairan /minuman : 7-8 gelas sehari
4) Nafsu makan :
kurang
b. Kebutuhan
eliminasi BAB dan BAK
1) Frekuensi BAK :
4-5x sehari
2) Warna :
Kuning
3) Bau :
Amoniak
4) Frekuensi BAB :
1x sehari
5) Konsistensi :
Lembek
c. Kebutuhan
istirahat
Sebelum
sakit Ibu tidur jam 22.00 dan bangun jam 05.00 pagi, dan tidur siang ± 1 jam
sehari.
Selama
sakit Ibu selalu terbangun karena nyeri
pada perut bagian bawah.
7. Pemeriksaan
fisik
1. Keadaan
umum
Keadaan Ibu baik
Kesadaran composmentis
Tanda- tanda vital :
TD : 100/60 mmhg
N : 80 x/
menit
S :
38,5 ºc
P : 20
x /menit
Tinggi
badan : 156 cm
BB : 48 cm
LILA : 23 cm
2. Kepala
dan rambut
Inspeksi :
Rambut keriting , warna hitam, tidak rontok
kulit kepala bersih tidak ada
ketombe.
Palpasi :
tidak ada nyeri tekan
3. Wajah
Inspeksi
: ekspresi wajah sendu, tidak ada cloasma
gravidarum
Palpasi :
tidak ada oedema pada wajah
4. Mata
Inspeksi : konyungtiva merah muda, sclera putih, dan
tidak icterus.
5. Hidung
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada polip
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
6. Telinga
Inspeksi :
simetris kiri dan kanan, telinga bersih, tidak ada serumen
Palpasi :
tidak ada nyeri tekan
7. Mulut
dan gigi
Inspeksi :
Bibir lembab, tidak pucat, gigi bersih dan ada caries
8. Leher
Inspeksi
: simetriskiri dan kanan, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe,kelenjar tiroid, dan vena jugularis.
Palpasi :
tidak ada nyeri tekan
9. Payudara
Inspeksi
simetris kiri dan kanan, tidak ada hiperpigmentasi,puting susu menonjol, ada
mongemery
Palpasi :
tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa .
10. Abdomen
Inspeksi
: tidak ada luka bekas operasi, ada
linea nigra dan striae albicans.
Palpasi :
nyeri tekan , fundus uteri 3 jari
bawah pusat
11. aExtermitas
atas dan bawah
Inspeksi
: simetris kiri dan kanan, tidak ada varices,
tidak ada oedema pada tungkai bawah,
Perkusi :
refleks patella kiri dan kanan +
12. Data
penunjang
Pemeriksaan laboratorium
HB : 11 gr/ dl
Wbc : 15,4.10³
Leukosit : 12.540 (
5-10 ribu )
GDS : 104 mg/dl
Plano test +
Pemeriksaan dalam oleh dokter “I” tanggal 20-06-2012 jam
16.30 wita
1) Vagina : Tidak ada kelainan
2) Portio : Lunak
3) OUE
/ OUI : Terbuka 3 cm
Pelepasan : Darah dan sisa jaringan
B.
Merumuskan
Diagnosa/Masalah Aktual
GVIII
PVII A0 Gestasi 15 minggu enam hari,
abortus inkomplit dengan masalah nyeri pada perut bagian bawah dan febris.
1. GVIII PVII
AO Gestasi 15 minggu enam hari
a. Data
subjektif :
Ibu
mengatakan HPHT pada tanggal 01-03-2012
b. Data
objektif :
1) HPHT
tanggal 01-03-2012
2) TP
tanggal 08-12-2012
c. Analisis
dan interprestasi data :
Dari
HPHT tanggal 01-03-2012 sampai tanggal 20-06-2012 amenorhoe 111 hari atau 15
minggu enam hari. Pada masa kehamilan korpus luteum memproduksi hormon
progesteron dalam jumlah yang besar yang berfungsi menekan hipotalamus anterior
mengeluarkan FSH sehingga tidak terjadi ovulasi pada waktu hamil yang berarti
tidak ada menstruasi. (wiknjosastro, H. 2002. Hal 155)
2. Abortus
Inkomplit
a. Data
Subjektif
Ibu
mengatakan pada tanggal 18-04-2012 jam 10.00 wita merasakan keluarnya darah
dari jalan lahir sedikit-sedikit kemudian banyak bergumpal berwarna merah
kehitaman ± 2
sarung
b. Data
Objektif
1) Tampak
keluar darah dari vagina berwarna merah kehitaman
2) Pemeriksaan
dalam oleh dokter tanggal 20-06-2012 jam 16.30 wita :
(a) Vagina
: tidak ada kelainan
(b) Portio
: lunak
(c) OUE/OUI
: terbuka 3 cm
(d) Pelepasan
: darah dan sisa jaringan
c. Analisa
dan interprestasi data
Terjadi
perdarahan dalam desidua basalis diikuti oleh nekrosis jaringan disekitarnya
yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebahagian atau seluruhnya, yang
merupakan benda asing dalam uterus sehingga uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan isinya. (Wiknjosastro, H. 2002. Hal 303).
3. Nyeri
perut bagian bawah
a. Data
Subjektif :
1) Ibu
mengeluh nyeri pada perut bagian bawah
2) Keluhan
yang dirasakan sangat mengganggu aktivitasnya
b. Data
Objektif :
a)
Tampak ekspresi wajah ibu meringis
b)
Nyeri tekan pada daerah diatas simphisis
c. Analisa
dan interprestasi data
Akibat
kontraksi uterus dalam usaha mengeluarkan isi uterus sehingga terjadi nyeri
pada perut bagian bawah. Mula-mula nyeri cenderung ringan, tetapi secara
bertahap menjadi lebih hebat. (Eni Nuraeni,2010)
4. Febris
a. Data
subjektif
1)
Ibu mengatakan badannya terasa panas
2)
Ibu sering menanyakan tentang keadaan dirinya
b. Data
objektif
1) Tampak ekspresi wajah ibu sendu
2) SB 38,5ºc
3) Badan Ibu berkeringat
c. Analisa
dan interprestasi data
Demam adalah peningkatan suhu tubuh
di atas normal (36,4ºC – 37,2ºC ) yang diatur di hipotalamus sebagai respon
terhadap pyrogen( zat yang menginduksi demam ).
(Anonim,
diakses juli 2012).
C.
Merumuskan
Diagnosa/Masalah Potensial
Potensial
terjadinya syok :
1. Data
subjektif
Ibu
mengatakan pada tanggal 18-06-2012, keluar jaringan menyerupai janin dari jalan
lahir disertai pengeluaran darah yang banyak bergumpal dan berwarna merah
kehitaman.
2. Data
objektif :
a. Tampak
keluar darah dari vagina berwarna merah kehitaman
b. Pemeriksaan
laboratorium tanggal 20-03-2012 jam 18.00 wita dengan hasil pemeriksaan
haemoglobin 11,0 gr%.
3. Analisis
dan interpretasi data :
Setelah
terjadi perdarahan yang berat, volume darah yang beredar menjadi sangat
berkurang. Hipovolumenya mengakibatkan hipotensi, sehingga penderita jatuh
kedalam keadaan syok (Wiknjosastro, H, 2010, Hal 677).
D.
Tindakan
Segera dan Kolaborasi
Tanggal
20-06-2012 jam 16.30 wita
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
cairan infus ringer laktat 500 ml dengan
tetesan 28 tetes /menit,pemberian antibiotika parenteral cefotaksim 500mg/ 12
jam, dan pemberian antipiuretik paracetamol 3x 500 mg
E.
Rencana
Tindakan atau intervensi
GVIII
PVII AO Gestasi 15 minggu enam hari, Abortus inkomplit dengan masalah nyeri perut
bagian bawah,dan febris, potensial terjadinya syok.
1. Tujuan
a. Perdarahan
berkurang atau berhenti
b. Nyeri
perut dapat teratasi
c. Ibu
tidak panas lagi
d. Keadaan
ibu baik.
2. Kriteria
a. Jaringan
keluar
b. Uterus
kosong
c. Ibu
tidak mengeluh nyeri pada perut bagian bawah
d. Tanda-tanda
vital dalam batas normal :
1)
Tekanan darah : Systole : 100 – 140 mmHg
Dystole : 60 - 90 mmHg
2)
Nadi :
60 – 100 kali/menit
3)
Suhu badan :
36,4oC – 37,2o
4)
Pernapasan : 18- 20 x / menit
3. Rencana
tindakan
a. Observasi
Keadaan umum dan tanda-tanda vital serta perdarahan
Rasional
:
Dengan
observasi untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan
serta mengetahui jumlah perdarahan agar memudahkan dalam penanganan selanjutnya
b. Stabilisasi kondisi pasien
untuk memulihkan keadaan umum pasien sampai
tidak terjadi panas,hemodinamik stabil untuk mengurangi resiko komplikasi.
c. Kaji tingkat nyeri
Rasional :
Dengan
mengkaji tingkat nyeri dapat membantu menentukan tindakan selanjutnya
d. Berikan
penjelasan tentang penyebab nyeri pada perut bagian bawah dan anjurkan teknik relaksasi bila
timbul rasa nyeri
Rasional
:
Agar ibu
dapat mengerti bahwa nyeri yang dirasakan akibat dari kontraksi uterus
dan teknik relaksasi sebagai salah satu upaya mengalihkan perhatian ibu terhadap rasa sakit/nyeri
e. Bantu ibu
mengatur posisi yang nyaman sesuai dengan kebutuhan ibu
Rasinal
:
Dengan
posisi yang diinginkan akan memberikan rasa nyaman pada ibu
f. Beri informasi pada ibu tentang penyebab
perdarahan
Rasional
:
Informasi
yang diberikan dapat mengurangi kecemasan ibu
karena telah mengerti tentang keadaan yang dialaminya
g. Sarankan/libatkan orang terdekat dengan
ibu selama perawatan
Rasional
:
Ibu
akan merasa aman bila berada didekat / disamping orang terdekat sehingga
mengurangi kecemasan
h. Beri dorongan spiritual
Rasional
:
Ibu dapat memahami bahwa manusia hanya berusaha
namun Tuhan yang menentukan
i.
Jelaskan pada ibu dan keluarganya
tentang pentingnya dilakukan kuret.
Rasional
:
Dengan
penjelasan kepada ibu dan keluarganya diharapkan dapat menyetujui rencana
tindakan kuret agar ibu dapat menyiapkan fisik dan psikis.
j. Informed consent
Rasional
:
Sebagai
pernyataan persetujuan dari klien/keluarga untuk tindakan yang akan dilakukan
dan sebagai perlindungan hukum bagi dokter dan bidan dalam melaksanakan tindakan.
k. Siapkan kuret, jam kuret 11.30 wita
Rasional
:
Tindakan
yang dilakukan untuk mengeluarkan sisa jaringan dan mengurangi perdarahan.
l. Kolaborasikan dokter tentang pemberian obat-obatan
Rasional
:
1)
Oksitosin dan ergometrium untuk
merangsang kontraksi uterus.
2)
Rl+ oxitocin 1 amp 28 tts/ menit
3)
Diazepam untuk penenang
4)
Ketorolac untuk anti sakit 28 tts/ menit
5)
Cefadroxil 2x 500 mg untuk mencegah
terjadinya infeksi.
6)
Sf 2x1
F.Implementasi
Tanggal
22-06-2012 jam 11.30 wita
1. Mengobservasi
keadaan umum dan tanda-tanda vital serta perdarahan
2. Menjelaskan
kepada ibu atau keluarga tentang
pentingya dilakukan kuret
3. Menyiapkan
Informed consent
4. Menyiapkan
alat kuret sesuai dengan prosedur kerja :
a. Persiapan
pasien;
1) Ibu
baring di tempat tidur dengan posisi litotomi
2) Jam
12.25 wita infus terpasang dengan cairan ringer laktat 500 ml + ketorolac dengan
tetesan 28 tetes/menit botol 1.
3) Jam
13.30 wita memberikan injeksi oksitosin 10 unit dan ergometrium 0,2 mg secara
IM
b. Persiapan
instrument
1) Spekulum
sims 2 buah
2) Handscoen
2 pasang
3) Doek
steril 2 buah
4) Kateter
karet 1 buah
5) Cunam
tampong 1 buah
6) tenakulum 1 buah
7) Sonde
uterus 1 buah
8) Busi
di latator ( jika di butuhkan)
9) Cunan
ovum 1 buah
10) Abortus tang1 buah
11) Kuret tajam 1 buah dan kuret tumpul 1 buah
12) Spoit 3 cc sekali pakai 2 buah
13) Kain kasa secukupnya dan kapas savlon
14) Kom yang berisi betadine
15) Lampu sorot
16) Ember penampung darah dan jaringan 1 buah
17) Ember
berisi larutan klorin 0,5 %.
18) Larutan DTT
19) Tempat sampah medis dan non medis
c. Persiapan
penolong (operator dan asisten)
1) Baju
kamar tindakan, apron, dan masker
2) Sarung
tangan DTT/steril 2 pasang
3) Alas
kaki (sepatu / boot karet) 2 pasang
d. Tindakan
:
1) Jam
13.40 wita untuk memberikan sedatif ( 10 mg) (ketorolac 1-2 mg/kg BB) secara IV
2) Kateterisasi
kandung kemih
3) Pemeriksaan
bimanual ulang untuk menentukan serviks, besar arah, dan konsistensi uterus.
4) Satu
tangan memasukkan spekulum sims/L secara vertikal kedalam vagina setelah itu
putar kebawah sehingga posisi bilah menjadi tranversal
5) Asisten
menahan spekulum bawah pada posisinya
6) Menarik
spekulum bawah hingga lumen vagina tampak jelas memasukkan bilah spekulum
secara vertikal kemudian putar dan tarik keatas hingga jelas terlihat serviks
7) Asisten
memegang spekulum atas pada posisinya
8) Membersihkan
jaringan dan darah dalam vagina (dengan kapas yang dijepit dengan cunam
tampon). Menentukan bagian yang akan dijepit (jam 11.00)
9) Menjepit
serviks dengan tenakulum pada tempat yang telah ditentukan
10) Setelah
penjepitan terpasang dengan baik, mengeluarkan spekulum atas
11) Melakukan
pemeriksaan kedalaman dan lengkung uterus dengan sonde uterus.
12) Memegang
gagang sendok kuret dengan ibu jari dan telunjuk, memasukkan ujung sendok kuret
melalui kanalis servikalis kedalam uterus hingga menyentuh fundus uteri
13) Melakukan
kerokan dinding uterus secara sistematis dan searah jarum jam hingga bersih
14) Mengeluarkan
semua jaringan dan membersihkan darah yang menggenangi vagina bagian belakang
15) Melepaskan
jepitan tenakulum pada serviks
16) Melepaskan
spekulum bagian bawah
17) Membersihkan
ibu dari sisa darah
5. Mengkaji
tingkat nyeri
6. Memberikan
penjelasan tentang penyebab nyeri pada perut bagian bawah dan menganjurkan
teknik relaksasi bila timbul rasa nyeri
7. membantu
ibu mengatur posisi yang nyaman sesuai
dengan kebutuhan ibu
8. Memberi informasi pada ibu tentang penyebab perdarahan
9. Melibatkan orang terdekat dengan ibu selama perawatan
10. Memberi dorongan spiritual
F.
Evaluasi
Asuhan Kebidanan
Tanggal
22-06-2012 jam 14.00 wita
1. Jaringan
dapat dikeluarkan seluruhnya atau uterus kosong
2. TFU
2 jari atas symphisis kontraksi uterus baik
3. Perdarahan
sedikit pada pembalut
4. Nyeri
yang dirasakan ibu berkurang pada perut
bagian bawah
5. Ekspresi
wajah ibu tenang dan tidak meringis lagi
6. Tanda-tanda
vital dalam batas normal
a. Tekanan
darah : 110/80 mmHg
b. Nadi
: 80x/menit
c. Suhu
badan : 360C
d. Pernafasan
: 20x/menit
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN
KEBIDANAN PADA Ny“D” GESTASI 15
MINGGU ENAM HARI DENGAN ABORTUS INKOMPLIT DI RSUD. LABUANG BAJI MAKASSAR
TANGGAL
22 JUNI 2012
No register :
12-92-02
Tanggal
masuk rumah sakit : 20
juni 2012 jam
16 .00
Tanggal
pengkajian : 20 juni
2012 jam 17.00
A. Identifikasi data dasar
1. Identitas
Ibu / Suami
Nama
ibu / suami :Ny “D” / Tn “ B”
Umur :
42 Tahun / 50 Tahun
Nikah : Menikah1x ±24 tahun
menikah2
Suku
: Makasar / Makassar
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMA / SI
Pekerjaan : Irt / Pegawai negeri
Alamat: :
jln. Sapiria ( Benteng SombaOpu)
A.
Data
Subjektif
a.
G VIII
PVII AO
b.
HPHT tanggal 01-03- 2012
c.
|
d.
Ibu tidak pernah tes kehamilan
e.
Ibu
belum pernah memeriksakan ke hamilannya
f.
Ibu
tidak pernah ke dukun dan tidak pernah minum obat-obatan dan jamu.
g.
Tanggal 13-06-2012 jam 10.00 wita ibu terjatuh dari motor, dan posisi pada saat
jatuh terlempar ke dalam got. dirasakan nyeri perut bagian bawah, keluar darah
dari jalan lahir sedikit-sedikit dialami
± 4 hari lamanya. Tanggal 18-06- 2012 keluar jaringan menyerupai janin disertai
pengeluaran darah yg banyak. kurang lebih dua sarung berwarna merah kehitaman.
Tanggal 20-06-2012 jam 16.35 pasien masuk rumah sakit dengan keluhan
panas tinggi.
h.
Keluhan nyeri masih di rasakan , pengeluaran
darah masih ada seperti darah haid
i.
Usaha ibu untuk mengatasi keluhan dengan istirahat
baring
j.
Ibu khawatir dengan keadaanya sekarang
B.
Data
Objektif
1. Kesadaran : composmentis
2. Tanda-tanda
vital :
a. Tekanan
darah : 100/80 mmHg
b. Nadi : 84 x/menit
c. Suhu
badan : 38,50C
d. Pernafasan : 20x/menit
3. Inspeksi
a. Ekspresi
wajah cemas dan meringis menahan sakit jika bergerak
b. Konjungtiva
tidak anemis
c. Tampak
keluar darah dari vagina berwarna merah kehitaman dan varises tidak ada
4. Palpasi
Tinggi
fundus uteri 3 jari atas simphisis dan terasa nyeri bila ditekan
Pemeriksaan dalam oleh
dokter “I” tanggal 20-06-2012 jam 16.30 wita
a. Vagina : tidak ada kelainan
b. Portio : lunak
c. OUE
/ OUI : terbuka 3 cm
d. Pelepasan : darah dan sisa jaringan
5. Pemeriksaan
laboratorium oleh petugas laboratorium jam 17.00
a. Plano
test : (-)
b. Haemoglobin
: 11,0 gr% (normal 12-14 gr%)
c. Leucsyt
: 12.540 ribu (normal 5-10 ribu )
d. Trombocyt
: 224 ribu / mm3 (normal 150 -400 ribu /mm3)
C.
Assesment
GVIII
PVII AO Gestasi 15 minggu enam hari,
abortus inkomplit dengan masalah nyeri perut bagian bawah dan febris, potensial
terjadinya syok
D.
Planning
Tanggal
22-06-2012 jam 11.15 wita
1. Jam
11.25 wita penatalaksanaan pemberian cairan infus ringer laktat 500 ml+
ketorolac 28 tetes/menit botol 1
2. Menjelaskan
pada ibu dan keluarganya tentang pentingnya dilakukan kuret dan ibu bersedia
dilakukan tindakan kuretage serta suami sudah menandatangani persetujuan kuret
3. Menyiapkan
alat kuret
4. Jam
12.00 wita dilakukan kuret oleh dokter
“I”
5. Pemberian
obat-obatan :
a. Jam
13.00 wita pemberian amoxan 1 gram secara IV
b. Jam
13.30 wita memberikan injeksi oksitosin 10 unit dan ergometrin 0,2 mg secara IM
6. Observasi
jam 14.00 wita :
a. Jaringan
dapat dikeluarkan seluruhnya atau uterus kosong
b. TFU
2 jari atas symphisis kontraksi uterus baik
c. Perdarahan
sedikit pada pembalut
d. Nyeri
dirasakan ibu berkurang pada perut bagian bawah
e. Ekspresi
wajah ibu tenang dan tidak meringis lagi
7. Tanda-tanda
vital dalam batas normal:
a. Tekanan
darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 80
x/menit
c. Suhu
badan : 360C
d. Pernafasan : 20
x/menit
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA
NY “D” POST KURET DI RSUD.LABUANG BAJI MAKASSAR
TANGGAL
23 JUNI 2012
No register : 12-92-02
Tanggal
masuk rumah sakit : 20
juni 2012 jam
16 .00
Tanggal
pengkajian : 20 juni
2012 jam 17.00
A.Identifikasi
data dasar
2. Identitas
Ibu / Suami
Nama
ibu / suami :Ny “D” / Tn “ B”
Umur :
42 Tahun / 50 Tahun
Nikah : Menikah1x ±24 tahun
menikah2
Suku
: Makasar / Makassar
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMA / SI
Pekerjaan : Irt / Pegawai negeri
Alamat: :
jln. Sapiria ( Benteng SombaOpu)
Data
subjektif
1. Ibu
sudah merasa baik
2. Masih
ada darah yang keluar dari vagina sedikit dan perut masih agak nyeri bila di
tekan
3. Ibu
sudah dapat beristirahat dengan baik dan tidur dengan baik
Data
Objektif
1. Tampak ekspresi wajah ibu tenang
2. Tanda-tanda vital :
a. Tekanan
darah : 110/80 mmHg
b. Nadi
: 80x/menit
c. Suhu
badan : 360C
d. Pernafasan
: 24x/menit
3. Masih
ada sedikit terasa nyeri tekan pada perut bagian bawah
4. Pelepasan darah sedikit
5. Pemberian obat-obatan dilanjutkan sesuai
dengan instruksi dokter
a. Cefadroxil
: 3x500 mg
b. SF : 2x1 kaplet
c. Asam mefenamat :
3x500 mg
d. Metiergometrin
3x1
Assesment
Post kuret abortus inkomplit
hari I, nyeri perut bagian bawah
berkurang
Planning
- Informasikan pada ibu penyebab nyeri dan ibu mengerti
- Pada jam 08.00 wita Pemberian obat
a. Cefadroxil
: 2x500 mg
b. SF : 2x1
c. Metilergometrin
:
3x1
d. Asam
mefenamat 3x500 mg
- Ibu minum obat dan diperbolehkan pulang
- Menganjurkan ibu datang kontrol dirumah sakit satu minggu kemudian yaitu tanggal 29-06-2012 dan ibu bersedia datang
- Ibu pulang dalam keadaan sehat pada jam 11.00 wita
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan melihat apakah asuhan yang
telah diberikan pada Ny “D”
kehamilan 15 minggu enam hari dengan abortus inkomplit di Rumah Sakit umum daerah labuang
Baji Makassar yang dilakukan mulai tanggal 20 juni – 23 juni 2012 sesuai dengan tinjauan pustaka.
Pembahasan ini dibuat berdasarkan teori dan asuhan yang
nyata dengan pendekatan proses manajemen kebidanan yang dibagi dalam tujuh tahap
yaitu: pengkajian dan identifiksi data dasar, merumuskan diagnosa dan masalah aktual,merumuskan diagnosa dan
masalah potensial, tindakan
segera atau kolaborasi, perencanaan, pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan, dan
evaluasi hasil asuhan kebidanan. Serta mendokumentasikan asuhan
kebidanan.
A.
Pengkajian Data dan
Identifikasi Data Dasar
Pengkajian diawali
dengan pengumpulan data meliputi identifikasi data biologis / fisiologis, serta
data spiritual yang berpedoman pada format pengkajian yang telah tersedia dan
dikembangkan sesuai dengan kondisi yang ditemukan pada klien. Selanjutnya pemeriksaan
fisik yang meliputi inspeksi, palpasi, pemeriksaan dalam dan pemeriksaan
laboratorium.
|
Pada kasus Ny “D” data yang dikumpulkan dari hasil pengkajian sebagai berikut
; anamnese HPHT tanggal 01-03-2012 dengan
kehamilan 15 minggu enam
hari (111 hari), perdarahan mula-mula sedikit kemudian banyak berwarna merah
kehitaman, nyeri perut bagian bawah, kontraksi uterus positif dan pada
pemeriksaan palpasi TFU 3 jari atas symphisis, pemeriksaan dalam ada pembukaan
serviks 3 cm, teraba ada jaringan pada ostium uteri eksternum.
Berdasarkan uraian
diatas ada persamaan gejala dan keluhan antara teori dan kasus. Penulis tidak
menemukan hambatan yang berarti karena pada saat pengumpulan data baik
keluarga, klien, bidan dan dokter dilahan praktek bersedia untuk memberikan
informasi atau data yang diperlukan yang ada hubungannya dengan penyakit dan
perawatan ibu sehingga memudahkan dalam pengumpulan data.
B.
Merumuskan
Diagnosa / Masalah Aktual
Dalam menegakkan suatu diagnosa atau masalah
klien harus berdasarkan pada pendekatan asuhan kebidanan yang didukung dan
ditunjang oleh beberapa data, baik data subjektif dan data objektif dari hasil
pengkajian. Dalam tinjauan pustaka diagnosa abortus inkomplit dapat ditegakkan
apabila ditemukan adanya riwayat amenorhoe, terjadi perdarahan melalui jalan
lahir, perdarahan disertai nyeri perut diikuti oleh pengeluaran hasil konsepsi
dan pada pemeriksaan plano test didapatkan hasil positif.
Pada kasus Ny “D” dengan diagnosa abortus
inkomplit, gestasi 15 minggu enam
hari dengan masalah nyeri pada perut bagian bawah, dan febris. Menegakkan diagnosa dengan USG tidak dilakukan dalam
kasus ini, karena diagnosa sudah pasti.
C.
Merumuskan
Diagnosa / Masalah Potensial
Berdasarkan
data yang diperoleh dari pengkajian tidak ada perbedaan masalah potensial
antara teori dengan yang ditemukan pada kasus. Adapun masalah potensial
tersebut adalah potensial syok. Data yang mendukung yaitu pada pemeriksaan
laboratorium haemoglobin 11,0 gr%
D.
Tindakan
Segera dan Kolaborasi
Tindakan segera yang diberikan dalam kasus
ini tidak ada kesenjangan sesuai yang ditemukan dalam teori. Adapun tindakan
yang diberikan sesuai dengan keadaan klien yaitu pemberian infus cairan ringer
laktat 500 ml 28 tetes / menit dan pemberian obat paracetamol 3x 500 mg.
E.
Rencana
Tindakan/ Intervensi
Dalam membuat rencana tindakannya ditentukan
dengan tujuan dan kriteria yang akan dicapai dalam menerapkan asuhan kebidanan
pada Ny “D” dengan abortus inkomplit tersebut. Pada kasus ini tidak di temukan kesenjangan penanganan
antara tinjauan pustaka dan rencana asuhan yang diberikan pada Ny “D”.
F.
Pelaksanaan
tindakan / Implementsi
Pada tahap pelaksanaan asuhan kebidanan pada
Ny “D” ini penulis melaksanakan sesuai dengan rencana dan tidak menemukan
permasalahan yang berarti karena seluruh tindakan yang dilakukan sudah
berorientasi pada kebutuhan klien sehingga tujuan dapat dicapai. Hal ini
ditunjang pula oleh klien yang kooperatif dalam menerima saran yang diberikan.
G.
Evaluasi
asuhan kebidanan
Sebagai langkah terakhir dalam proses ini
adalah melakukan evaluasi terhadap hasil dan proses manajemen kebidanan yang
diterapkan. Hasil evaluasi pada Ny “D” sudah sesuai dengan tujuan yang
diharapkan yaitu jaringan dapat dikeluarkan seluruhnya atau uterus kosong, TFU
2 jari atas symphisis kontraksi uterus baik, perdarahan sedikit, nyeri yang
dirasakan ibu berkurang pada perut bagian bawah, ekspresi wajah ibu tenang dan tidak
meringis lagi, tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu: tekanan darah 110/80
mmHg, nadi 80 x/menit, suhu badan 360C, pernafasan 20 x/menit.
BAB V
PENUTUP
Pada
bab ini penulis akan mengemukakan beberapa kesimpulan dan saran untuk
memberikan gambaran dan informasi tentang abortus khususnya abortus inkomplit.
A. Kesimpulan
Abortus inkomplit ( keguguran bersisa )
1). Abortus inkomplit ( keguguran bersisa ) artinya
pengeluaran sebagian dari hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa yang tertinggal dalam uterus.
2). Kehamilan adalah suatu proses yang alamiah, namun
senantiasa perlu diwaspadai karena setiap saat dapat memberikan komplikasi.
Bidan sebagai tenaga kesehatan terdepan, diharapkan mampu memberikan pelayanan
yang profesional sehingga dapat berperan dalam penurunan AKI disebabkan oleh
perdarahan ( Abortus ), dengan menerapkan manajemen asuhan kebidanan
berkualitas
3).
|
Adapun tahapannya yaitu
pengumpulan dan analisa data, identifikasi diagnosa / masalah actual, antisipasi diagnosa / masalah
potensial, tindakan segera / kolaborasi, rencana tindakan /asuhan kebidanan, Implementasi/ tindakan asuhan kebidanan, evaluasi asuhan kebidanan.
4). Dalam menerapkan asuhan kebidanan pada Ny “D” dengan abortus inkomplit diperlukan pendekatan terhadap
klien agar diperoleh hasil pengkajian yang akurat.
5). Dari pengkajian dilakukan didapatkan gejala-gejala /
keluhan yang mencul pada abortus inkomplit yaitu perdarahan yang mula-mula
sedikit kemudian banyak bergumpal berwarna merah kehitaman, nyeri pada perut
bagian bawah. Pada pemeriksaan dalam teraba ada sisa jaringan dikanalis
servikalis dan ada pembukaan 3 cm.
6). Penanganan asuhan kebidanan yang diberikan pada pasien
dengan kasus abortus inkomplit sangat perlu diperhatikan adanya komplikasi
sepsis dan perforasi uterus.
B. Saran-Saran
Berdasarkan
kesimpulan diatas, maka penulis dapat mengemukakan beberapa saran :
1. Bagi
Bidan
a. Dalam
memberikan asuhan kebidanan diharapkan kepada bidan untuk dapat mengantisipasi
adanya resiko yang terjadi pada kehamilan serta peningkatan mutu pelayanan kesehatan utamanya pemeriksaan
kehamilan dapat ditingkatkan.
b. Untuk
meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan kebidanan maka dianjurkan pada petugas
kesehatan (bidan) dapat mengikuti pelatihan-pelatihan yang ada kaitannya dengan
kebidanan dan mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
2. Bagi
institusi
Penguasaan
materi dan keterampilan sangat diperlukan dalam membuat asuhan fisiologis
maupun patologis mengingat metode tersebut sangat bermanfaat untuk menciptakan
sumber daya manusia yang berpotensi dan profesional.
3. Bagi
pemerintah
a. Pemerintah
hendaknya meningkatkan sarana dan prasarana yang memadai bagi tenaga kesehatan
agar memperoleh keterampilan dan pengetahuan secara maksimal.
b. Pemerintah
hendaknya berupaya meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau demi terciptanya pelayanan kesehatan yang berkualitas.
c. Pemerintah
hendaknya berupaya meningkatkan status sosial ekonomi penduduk sehingga dapat
mencapai derajat kesehatan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, 1995,
Obstetri Williams, Edisi 18. EGC.
Jakarta
Corwin Elisaberth C, 2002, Buku Satu Phatofisiologi Penyakit. EGC. Jakarta.
Depkes, 2004, Profil
Kesehatan, Makassar.
Eni
Nuraeni, 2010, Asuhan persalinan praktis. Edisi II EGC. Jakarta.
Ibrahim Christina
S, 1993, Perawatan Kebidanan, Jilid
I. Bhratora. Jakarta.
Melfiawati S, 1994, Kedaruratan
Obstetri dan Ginekologi, Cetakan I. EGC. Jakarta.
Manuaba I.B.G, 2010, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana, EGC. Jakarta.
Prawirohardjo, 2008,Ilmu kebidananl, Yayasan Bina
Pustaka
Sarwono Prawirohardjo,2007 Jakarta.
Rustam Mochtar,
1998, Sinopsis Obstetri, Edisi II.
Cetakan I. EGC. Jakarta.
Ruth Johson dan Wendy Taylor, 2010, Buku Ajaran Praktek Kebidanan,
EGC. Jakarta.
Syaifuddin A.B, 2010, Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Edisi I. Cetakan
I. YBP-SP. Jakarta.
Sujiyatini
dkk, 2010, Asuhan patologi Kebidanan, Numed. Jogjakarta.
Tempo,
2011, Kesehatan, http://www.Hidayatullah.com
diakses 12 Maret 2012
Varney
Helen, 1997, Midwifery Text Book Third
Edition, Jones and Bartlett. London.
Wijono,
2009, Pengaruh Aborsi, http://www.Pikiranrakyat.com
diakses 10 Maret 2012.
Wiknjosastro Hanifa, dkk, 2008, Ilmu Kebidanan, Edisi III.
Cetakan VI. YBP SP. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar