Jumat, 28 Desember 2012

KTI Abortus Inkomplit


MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY’D’ DENGAN ABORTUS INKOMPLIT DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR
TGL  20 JUNI  2012






Karya Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk menyelesaikan
Pendidikan DIII Kebidanan Semester VI di Akademi Kebidanan MEGA REZKY MAKASSAR

OLEH :
HARYANI YASING
09 3145 106 105
DIPLOMA III KEBIDANAN
STIKES MEGA REZKY MAKASSAR
2012/2013


BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kematian maternal sering dipakai sebagai indikator kesejahteraan rakyat atau kualitas pembanguan Manusia (IPM/HDI), hal ini didasarkan angka kematian maternal sangat erat kaitannya dengan perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Kematian maternal merupakan kematian dari setiap wanita selama masa kehamilan, bersalin atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, tanpa melihat usia dan lokasi kehamilan, oleh setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau insidental (faktor kebetulan).
Hal ini sesuai dengan defenisi Internasional Statistical Classification of Disease and Related Health Problems (ICD). Angka kematian maternal kemudian didefenisikan sebagai jumlah kematian maternal selama satu periode waktu dalam 100.000 kelahiran hidup.
Data organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa setiap tahun sejumlah 500 orang perempuan meninggal dunia akibat kehamilan dan persalinan, fakta ini mendekati terjadinya satu kematian setiap menit. Diperkirakan 99% kematian tersebut terjadi di negara-negara berkembang(WHO,2007).
Indonesia adalah salah satu negara yang masih belum bisa lepas dari belitan angka kematian ibu (AKI) yang tinggi. Bahkan jumlah perempuan Indonesia yang meninggal saat melahirkan mencapai rekor tertinggi di Asia.
 Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, angka kematian maternal di Indonesia mencapai 248/100.000 kelahiran hidup, itu berarti setiap 100.000 kelahiran hidup masih ada sekitar 248 ibu yang meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan.
Propinsi di Indonesia dengan kasus kematian ibu melahirkan tertinggi adalah Propinsi Papua, yaitu sebesar 730/100.000 kelahiran hidup, diikuti Propinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 370/100.000 kelahiran hidup, Propinsi Maluku sebesar 340/100.000 kelahiran hidup, sedangkan di Sulawesi Selatan berdasarkan profil kesehatan Sulawesi Selatan jumlah kejadian kematian maternal yang dilaporkan pada Tahun 2007 yaitu sebesar 104/100.000 kelahiran hidup, Sedangkan pada tahun  2010 menurun menjadi 92,89 per 100.000 kelahiran hidup ( dinas provinsi sul-sel 2010).
Seperti kita ketahui target Millenium Development Goal’s (MDG’s) salah satunya adalah mengurangi angka kematian ibu (AKI) di seluruh dunia sebesar 75% dari tahun 1900 ke 2015. Sebagai gambaran pada tahun 1990 AKI di Indonesia masih sekitar 408/100.000 kelahiran hidup, sesuai target MDG’s di tahun 2015 akan menjadi 102/100.000 kelahiran hidup. Di sisi lain berdasarkan analisis trend penurunan AKI periode 1900 – 2015 ternyata diperkirakan hanya akan mencapai 52-55% sehingga kemungkinan besar target MDG’s tetang AKI di Indonesia sulit tercapai (Bapenas, 2007).
Tingginya angka kematian maternal diatas dipengaruhi oleh banyak faktor dan sangat kompleks. Faktor medis/langsung disebabkan oleh komplikasi obstetrik atau penyakit kronik yang menjadi lebih berat selama masa kehamilan, sehingga berakhir dengan kematian, yaitu Perdarahan (28%), Eklampsia (24%), Infeksi (11%), Abortus (5%), partus lama, trauma obstetrik (5%), emboli obstetrik (3%).
Masalah abortus erat kaitannya dengan tingginya angka kematian Ibu. Menurut data WHO,presentasi kemungkinan terjadinya abortus cukup tinggi. Sekitar  15-40 % angka kejadian, diketahui pada ibu yang sudah dinyatakan positif hamil. dan 60-70 % abortus terjadi sebelum usia kehamilan 12 minggu ( Lestariningsih, 2009).
Menurut siswanto, lebih dari 90 % Abortus di negara-negara sedang berkembang, dilakukan tidak aman, sehingga berkontribusi 11-13% terhadap kematian maternal di dunia, di Asia  Cina memegang rekor angka abortus tertinggi di dunia. Di Cina setiap tahunnya terdapat 13 juta kasus abortus. Demikian diumumkan salah satu surat kabar Cina.(wikipedia , di akses pada 17 juni 2012 ).
Abortus merupakan keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 500 gram atau  umur   kehamilan kurang dari 20 minggu. Kejadian abortus sulit di ketahui karena sebagian besar tidak dilaporkan dan banyak di lakukan  atas permintaan .
Keguguran spontan diperkirakan sebesar 10%-15%.(Manuaba I.B.G 2009). Sedangkan data yang di peroleh di RSUD. Labuang Baji jumlah kasus abortus  yang pernah di rawat dari bulan  April – 2011 sampai dengan  juni 2012, yaitu terdapat 270  kasus abortus dengan perincian. Abortus imminens 31 kasus, abortus inkomplit 200 kasus,abortus komplit 31 kasus,abortus insipiens 5 kasus,abortus provakatus 1 kasus, dan missed abortion 2 kasus. Dari ke jadian tersebut menunjukkan bahwa abortus inkomplit masih merupakan masalah yang memerlukan penanganan untuk menjadi suatu prioritas  RSUD .Labuang Baji Makassar
Kenyataan inilah yang mendorong penulis untuk mengkaji permasalahan dan memaparkannya dalam bentuk karya tulis sebagai wujud perhatian dan tanggung jawab penulis dalam memberikan konstribusi pemikiran pada berbagai pihak yang berkompeten dengan masalah tersebut guna mencari solusi terbaik atas permasalahan diatas.
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Adapun ruang lingkup dalam pembahasan karya tulis ini mencakup permasalahan pada pendekatan asuhan kebidanan Intra Natal Care patologi Ny. “D” gestasi 15 minggu 6 hari dengan Abortus Inkomplit di RSUD. Labuang Baji Makassar.
C. Tujuan Penulisan
1.    Tujuan Umum
Melaksanakan pengkajian Asuhan Kebidanan Intra natal care dengan Abortus Inkomplit berdasarkan asuhan kebidanan dan sesuai dengan wewenang bidan di RSUD Labuang Baji Makassar tanggal 20, 21, s.d 22 Juni 2012

2.    Tujuan Khusus
a.    Dapat melaksanakan pengkajian data kemudian menganalisa data dasar pada Ny.”D” gestasi 15 minggu 6 hari dengan Abortus Inkomplit di RSUD.Labuang Baji Makassar.
b.    Dapat menganalisis dan menginterpretasikan data untuk menentukan diagnose/masalah aktual pada Ny.”D” gestasi 15 minggu 6 hari dengan Abortus Inkomplit di RSUD.Labuang Baji  Makassar.
c.    Dapat mengantisipasi timbulnya diagnosa/masalah potensial pada Ny.”D” gestasi 15 minggu 6 hari dengan Abortus Inkomplit di RSUD.Labuang Baji  Makassar.
d.    Dapat melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi pada Ny.”D” gestasi 15 minggu 6 hari di RSUD.Labuang Baji Makassar.
e.    Dapat menyusun rencana tindakan asuhan kebidanan pada Ny.”D” gestasi 15 minggu 6 hari di RSUD.Labuang Baji makassar.
f.     Dapat melaksanakan tindakan asuhan kebidanan secara langsung pada Ny.”D” gestasi 15 minggu 6 hari di RSUD.Labuang Baji Makassar.
g.    Dapat melaksanakan evaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan pada Ny.”D” gestasi 15 minggu 6 hari di RSUD.Labuang Baji Makassar.
h.    Dapat mendokumentasikan asuhan Kebidanan pada Ny.”D” gestasi 15 minggu 6 hari dengan Abortus Inkomplit di RSUD.Labuang Baji  Makassar.

D. Manfaat Penulisan
1.    Manfaat Ilmiah
Asuhan kebidanan ini merupakan pengalaman ilmiah yang berharga yang dapat meningkatkan dan menambah wawasan tentang asuhan kebidanan dengan abortus inkomplit
2.    Manfaat Praktis
Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan pelaksanaan program, baik Departemen Kesehatan maupun pihak RSUD.Labuang Baji Makassar dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam menetapkan asuhan kebidanan dengan letak sungsang.
3.    Manfaat Institusi
Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan ujian akhir jenjang pendidikan diploma III Stikes Mega Rezky Makassar bahan acuan/pedoman bagi institusi jurusan kebidanan untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) selanjutnya.
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ini, berdasarkan teori ilmiah yang dipadukan dengan praktek dan pengalaman penulis memerlukan data yang objektif dan relevan dengan teori-teori yang dijadikan dasar analisa dalam pemecahan masalah
Metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
1.    Studi Kepustakaan
Dengan membaca dan mempelajari literatur atau sumber yang ada kaitannya dengan masalah yang dibahas sebagai dasar teoritis yang digunakan dalam pembahasan karya tulis ini.
2.    Studi kasus
Melaksanakan studi kasus pada Ny.”D” gestasi 15 minggu 6 hari dengan Abortus Inkomplit di RSUD.Labuang Baji Makassar tanggal 20 juni  2012 dengan pendekatan asuhan kebidanan yang meliputi : pengumpulan data dasar, identifikasi diagnosa/masalah aktual, identifikasi diagnosa/masalah potensial, pelaksanaan tindakan, perumusan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi serta pendokumentasian dalam bentuk SOAP.
Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah ;
a.    Anamnesis
Penulis memperoleh data dengan melakukan tanya jawab langsung pada Ny.”D”  dengan Abortus Inkomplit di RSUD.Labuang Baji Makassar.
b.    Observasi
Penulis memperoleh data dengan melihat secara langsung Ny.”D” di ruang Intranatal di RSUD.Labuang Baji Makassar
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis mulai dari kepala hingga kaki yang meliputi pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi, pemeriksaan laboratorium,  dan USG.
3.    Studi Dokumentasi
Melakukan pengumpulan  data atau informasi melalui catatan, arsip yang ada hubungannya dengan status kesehatan ibu.
4.    Diskusi
Penulis menggunakan tanya jawab dengan dokter atau bidan yang menangani lansung serta berdiskusi dengan dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.     Tinjauan Umum Tentang Kehamilan
1.      Pengertian kehamilan
Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 280 hari (40 minggu) atau 10 bulan atau 9 bulan 7 hari di hitung dari hari pertama haid terakhir (Saifuddin A.B,2002).
 Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana timester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, timester kedua 13 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 15 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40). (Wiknjosastro, H, 2008, hal : 213).
2.      Diagnosis Kehamilan
a.     Tanda tidak pasti kehamilan
1)     Amenorea (Tidak Dapat Haid)
Untuk menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalinan yang akan terjadi dihitung dengan menggunakan rumus Naegele.
2)     Mual muntah (nausea and vomiting)
Biasa terjadi pada bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan pertama.
3)     Mengidam (ingin makanan khusus)
4)     Tidak tahan suatu bau-bauan.
5)     Pingsan, sering dijumpai bila berada di tempat ramai.
6)     Tidak ada selera makan (anoreksia).
7)     Lelah (fatique).
8)     Payudara membesar, tegang dan sedikit terasa nyeri disebabkan pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara.
9)     Sering buang air kecil, karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan gejala ini kembali oleh karena kandung kemih tertekan oleh kepala janin.
10)  Konstipasi/Obstipasi
Pengaruh dari progesteron dapat menghambat peristaltik usus mengakibatkan usus kesulitan untuk buang air besar.




11)  Pigmentasi kulit
Pengaruh hormon kortiko-steroid plasenta dijumpai pada muka, areola payudara, leher dan dinding perut.
12)  Epulis : hipertropi dan papil gusi.
13)  Pemekaran vena-vena (varices).(Wiknjosastro, 2005, hal. 125-126)
b.     Kemungkinan hamil
1)     Rahim membesar, sesuai dengan tuanya kehamilan.
2)     Pada pemeriksaan dijumpai :
a)     Tanda hegar.
b)     Tanda Piscasek.
c)      Tanda Chadwicks.
d)     Teraba ballottment.
3)     Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif.
c.      Tanda pasti kehamilan
1)     Terlihatnya embrio atau kantong kehamilan melalui USG pada 4-6 minggu sesudah pembuahan.
2)     Denyut jantung janin ketika usia kehamilan 10-20 minggu didengar dengan leanec, alat kardiotografi, alat dopler, atau dilihat dengan ultrasonografi.
3)     Terasa gerakan janin dalam rahim. Pada primigravida bisa dirasakan ketika kehamilan berusia 18 minggu, sedangkan pada multigravida diusia 16 minggu. Terlihat atau teraba gerakan janin dan bagian-bagian janin.
4)     Pada pemeriksaan dengan sinar rontgen tampak kerangka janin. (Asrinah dkk, 2010)
3.      Perubahan-perubahan fisiologi selama kehamilan
a.     Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama dibawah pengaruh estrogen dan progesterone yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pda dasarnya disebabkan oleh hipertropi otot polos uterus.
 Disamping itu serabut-serabut kolagen yang adapun menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin. Bila uterus normal lebih kurang 30 gram, pada akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus ini menjadi 1000 gram, dengan panjang lebih kurang 20 cm dan dinding lebih kurang 2,5 cm.
 Pada bulan-bulan pertama kehamilan bentuk uterus seperti buah advokat, agak gepeng. Pada kehamilan 4 bulan uterus berbentuk bulat, selanjutnya pada akhir kehamilan kembali seperti bentuk semula, lonjong seperti telur. (Wiknjosastro, 2005, hal. 89)
b.     Serviks uteri
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon estrogen. Jika korpus uteri mengandung lebih banyak jaringan otot, maka serviks banyak mengandung jaringan ikat, hanya 10 % jaringan otot. Jaringan ikat pada serviks ini mengandung kolagen. Akibat kadar estrogen meningkat, dan dengan adanya hipervaskularisasi maka konsistensi serviks menjadi lunak. (Wiknjosastro, 2005, hal. 94)
c.      Vagina dan vulva
Vagina dan vulva akibat hormon estrogen mengalami perubahan pula. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide). Tanda ini disebut tanda chadwicks. (Wiknjosastro, 2005, hal. 95)
d.     Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih tedapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu. Korpus luteum graviditas berdiameter kira-kira 3 cm. Kemudian, ia mengecil setelah plasenta terbentuk. (Wiknjosastro, 2005, hal 95)


e.     Mammae
Dibawah pengaruh progesterone dan somatomammotropin, terbentuk lemak disekitar kelompok-kelompok alveolus, sehingga mamma menjadi lebih besar. Papila mamma akan membesar, lebih tegang, dan lebih hitam seperti seluruh areola mamma hyperpigmentasi. Glandula mentgomery tampak lebih jelas menonjol dipermukaan aerola mamma. Pada kehamilan 12 minggu ke atas dari puting susu dapat keluar cairan berwarna putih agak jernih, disebut kolostrum. (Wiknjosastro, H, 2005, hal. 95)
f.       Sirkulasi darah
Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara fisiologik dengan adanya pencairan darah yang disebut hemodilusi. Volume darah akan bertambah banyak, kira-kira 25% dengan puncak kehamilan 32 minggu, diikuti dengan cardiac out put yang meninggi sebanyak kira-kira 30%.
Eritrosit  dalam kehamilan juga meningkat untuk memenuhi keperluan transport zat asam yang dibutuhkan sekali dalam kehamilan. Meskipun ada peningkatan dalam volume eritrosit secara keseluruhan, tetapi penambahan volume plasma jauh lebih besar, sehingga konsentrasi hemoglobin dalam darah menjadi lebih rendah.
 Hal ini tidak boleh dinamakan anemia fisiologi dalam kehamilan, oleh karena jumlah haemoglobin pada wanita hamil dalam keseluruhannya lebih besar dari pada sewaktu belum hamil. (Wiknjosastro, H, 2005, hal.96)
g.     Sistem respirasi
Seorang wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang mengeluh tentang rasa sesak dan pendek napas. Hal ini ditemukan pada kehamilan 32 minggu ke atas oleh karena usus-usus.(Wiknjosastro, H, 2005, hal 96)
h.     Traktus digestivus
Pada bulan-bulan pertama kelahiran terdapat perasaan enek (nausea), mungkin ini akibat kadar hormon estrogen yang meningkat. Tonus otot-otot traktus digestivus menurun, sehingga seluruh traktus digestivus juga berkurang.
 Makanan lebih lama berada di dalam lambung dan apa yang telah direncanakan lebih lama berada dalam usus-usus. Hal ini mungkin baik untuk resorpsi, akan tetapi menimbulkan pula obstipasi, yang memang merupakan salah satu keluhan utama wanita hamil. (Wiknjosastro, H, 2005, hal. 97)
i.       Traktus urinarius
Pada bulan-bulan pertama kelahiran kandung kencing tertekan oleh uterus yang mulai membesar, sehingga timbul sering kencing. Keadaan ini hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan , bila kepala janin mulai turun ke bawah pintu atas panggul, keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing mulai tertekan kembali. (Wiknjosastro, H, 2005, Hal. 97)
j.       Kulit
Pada kulit terdapat pigmen dan hyperpigmentasi alat-alat tertentu, pigmentasi ini disebabkan oleh pengaruh melanophore stimulating hormone (MSH) yang meningkat. Kadang-kadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi dan hidung, dikenal sebagai kloasma gravidarum.
Di daerah leher sering terdapat hyperpigmentasi yang sama, juga aerola mamma. Linea alba pada kehamilan menjadi hitam, dikenal sebagai linea nigra. Tidak jarang dijumpai kulit perut seolah-olah retak-retak, warnanya berubah agak hiperemik dan kebiru-biruan, disebut livide. (Wiknjosastro, H, 2005, hal. 97)
4.      Perubahan psikologi selama kehamilan
a.     Trimester pertama (1-3 bulan)
1)     Ibu merasa tidak sehat benci dengan kehamilannya
2)     Kadang-kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan dan sedih.
3)     Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil, hal ibu dilakukan sekedar untuk meyakinkan dirinya.
4)     Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat perhatian dengan saksama
5)     Oleh karena perutnya masih kecil,kehamilan merupakan rahasia seorang ibu yang mungkin akan diberitahukan kepada orang lain atau malah mungkin dirahasiakannya.
6)     Hasrat untuk melakukan hubungan seks berbeda-beda pada tiap wanita, tetapi kebanyakan akan mengalami penurunan.
b.     Trimester kedua (4-6 bulan)
1)        Ibu merasa sehat, ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi.
2)        Ibu sudah bisa menerima kehamilannya
3)        Merasakan gerakan anak
4)        Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau pada orang lain yang baru menjadi ibu.
5)        Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran dan persiapan untuk peran baru.
c.      Trimester ketiga (7-9 bulan)
1)        Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh dan tidak menarik.
2)        Merasa tidak menyenangkan ketika bayi lahir tidak tepat waktu.
3)        Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan khawatir akan keselamatannya.
4)        Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.
5)        Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya.
6)        Merasa kehilangan perhatian.
7)        Perasaan muda terluka (sensitif).
8)        Libido menurun.(Ari Sulystiawati, S. Si. T 2009)

5.      Penatalaksanaan kehamilan (Saifuddin, AB, 2002)
a.     Jadwal kunjungan
Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal :
1)        Satu kali kunjungan selama trimester I (sebelum 14 minggu).
2)        Satu kali kunjungan selama trimester II (antara minggu 14-28)
3)        Dua kali kunjungan selama trimester III (antara minggu 28-36 dan sesudah minggu ke 36)
b.     Informasi penting untuk ibu hamil
1)     Kunjungan I (< 16 minggu) dilakukan untuk :
a)  Penapisan dan pengobatan anemia.
b)  Perencanaan persalinan
c)  Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
2)     Kunjungan II (24-28 minggu) dan kunjungan III (32 minggu) dilakukan untuk :
a)        Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatan.
b)        Preeklamsia, gamelli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan.
c)         Mengulang perencanaan persalinan.
3)     Kunjungan IV (36 minggu) sampai lahir
a)        Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III.
b)        Mengenali adanya kelainan letak.
c)         Memantapkan rencana asuhan.
d)        Mengenali tanda-tanda persalinan.
c.      Konseling pada ibu hamil
1)     Gizi
Peningkatan komsumsi makanan hingga 300 kalori perhari, mengkomsumsi makanan yang mengandung karbohidrat 2500 gram/hari, protein 6-7 gram, vitamin dan mineral.
2)     Perubahan Fisiologis
Peningkatan berat badan ibu antara 6,5-13,5 kg selama hamil atau terjadi kenaikan berat badan sekitar ½ kg/minggu, perubahan pada payudara, tingkat tenaga yang bisa menurun, mual selama triwulan pertama, rasa panas, dan atau varices, hubungan suami istri boleh dilanjutkan selama kehamilan (dianjurkan memakai kondom).
3)     Menganjurkan ibu untuk mencari  pertolongan segera jika ia mendapat tanda-tanda bahaya berikut
a)        Perdarahan pervaginam
b)        Sakit kepala lebih dari biasa
c)         Gangguan penglihatan
d)        Pembengkakan pada wajah/tangan
e)        Nyeri abdomen (epigastrik)
f)          Janin tidak bergerak
g)        Demam dan kejang
h)        Keluar cairan ketuban sebelum waktunya
4)     Menjelaskan cara merawat payudara terutama pada ibu yang mempunyai puting susu rata atau masuk kedalam. Dilakukan 2 kali sehari selama 5 menit
B.    Konsep Dasar Asuhan Antenatal Care
1.  Pengertian Antenatal Care
             Antenatal care adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetri untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.(Sarwono Prawirohardjo. 2008, hal 278).
2.  Manfaat Antenatal
             Antenatal memberikan manfaat untuk mengetahui kesehatan umum ibu, menegakkan secara dini penyakit yang menyertai kehamilan, menegakkan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan risiko kehamilan (risiko tinggi, risiko meragukan, risiko rendah).
            Asuhan antenatal juga untuk menyiapkan persalinan, mempersiapkan perawatan bayi dan laktasi serta memulihkan kesehatan ibu yang optimal saat akhir kala nifas.
(Manuaba, 2010, hal 109).
3.  Pentingnya Asuhan Antenatal
Pentingnya mendapatkan asuhan antenatal, yaitu:
a)     Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan.
b)     Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya.
c)      Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya.
d)     Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan risiko tinggi.
e)     Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas kehamilan dan merawat bayi.
f)       Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya.

4.  Jadwal Kunjungan Asuhan Antenatal
            Bila kehamilan termasuk risiko jadwal kunjungan harus lebih ketat, namun, bila kehamilan normal jadwal asuhan cukup 4 kali. Dalam bahasa program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini diberi kode angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan.
Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3, dan K4. Hal ini berarti, minimal dilakukan sekali kunjungan antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal selama kehamilan 28-36 minggu dan sebanyak dua kali kunjungan untuk asuhan antenatal pada usia kehamilan di atas 36 minggu.(Sarwono Prawirohardjo, 2008, hal 279).
C. Tinjauan umum tentang abortus
1. Pengertian
     Keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan . di bawah ini di kemukakan beberapa definisi para ahli tentang abortus.
EASTMAN : Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus.belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400-1000 gram,atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu.
JEFFCOAT : Abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu,  yaitu fetus belum viable.
HOLMER    :  Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16, dimana proses plasentasi belum selesai.
       Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan adalah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin  kurang dari 500 gram
( Sarwono Prawirohardjo ,2008).
       Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum mencaoai 20/22/28 minggu( berbeda tiap literatur) dan beratnya kurang dari 500 gram(Sujiyatini,M.keb,2009).
       Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) sebelum kehamilan tersebut berusia 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan(Eni Nur Rahmawati, 2011).
       Keguguran atau Abortus adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu (Manuaba.I.B.G,2010).
2. Etiologi
          Pada kehamilan muda abortus tidak jarang di dahului oleh kematian mudigah.sebaliknya pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin di keluarkan dalam keaadaan masih hidup.
          Kelainana pertumbuhan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan muda.faktor- faktor yang  dapat menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut
a. Kelaianan kromoson kelainan yang sering di temukan pada abortus spontan adalah trisomi,poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromoson seks.
b. Lingkungan kurang sempurna
 bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat- zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
c.  Pengaruh dari luar Radiasi
virus,obat- obat, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus.
Pengaruh ini umumnya di namakan pengaruh teratogen.Zat teratogen yang lain misalnya tembakau,alkohol,kafein, dan lainnya.
d.  Kelainan  pada placenta
Endarteritis dapat terjadi dalam vili chorialis dan oksigen placenta terganggu,sehingga menyebabkan  gangguan pertumbuhan dan kematian janin keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi  menahun
e.  Penyakit Ibu
1)    Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu;pneumonia,tifus abdominalis,pielonefritis, malarie ,dan lainnya.  Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat melalui placenta masuk  ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin, kemudian dapat terjadi abortus
2)    Kelainan endokrin misalnya  diabetes mellitus, berkaitan dengan derajat kontrol metabolik pada trimester pertama.selain itu juga hypotirodisme dapat meningkatkan resiko terjadinya abortus, dimana auto anti bodi tiroid menyebabkan peningkatan insidensi abortus walaupun  tidak terjadi hipotiroidisme yang nyata.
3)    . Kelainan traktus urogenital
mioma uteri , atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus.tetapi ,harus diingat bahwa hanya rertroversion uteri gravid inkarserata  atau mioma sub mukosa yang  memegang peranan penting.
Sebab lain abortus dalam trimester  ke- 2 ialah serviks inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi serviks berlebihan, konisasi,amputasi,atau robekan serviks luas yang tidak  di jahit.
3. Patofisiologi terjadinya abortus
                   Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya.hal tersebut  menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing  dalam uterus. keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.
                   pada kehamilan kurang dari  8 minggu   hasil konsepsi biasanya di keluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua lebih dalam,sehingga hasil konsepsi mudah di lepaskan .pada kehamilan 8 sampai 14 minggu villi korialis menembus desidua lebih dalam sehingga umumnya plasenta tidak di lepaskan sempurna  yang dapat menyebabkan banyak perdarahan.
                    Pada kehamilan 14 minggu ke atas umumnya yang  di keluarkan setelah ketuban pecah adalah janin di susul dengan plasenta. Perdarahan jumlahnya tidak banyak jika placenta segera terlepas dengan  lengkap
                     Hasil konsepsi pada abortus dapat di keluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk jelas( blighted ovum) atau janin telah mati dalam waktu yang lama ( missed abortion). apabila mudigah yang  mati tidak di keluarkan secepatnya,maka akan menjadi mola karneosa.Mola karneosa merupakan suatu ovum yang di kelilingi oleh kapsul bekuan darah.Kapsul memiliki ketebalan bervariasi, dengan villi koriales yang telah bergenerasi tersebar diantaranya.
                     Rongga kecil di dalam yang terisi cairan tampak mennggepeng dan terdistorsi akibat dinding bekuan darah yang lama tebal.Bentuk lainnya adalah mola tuberosa,dalam hal ini amnion tampak berbenjol- benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion.
            Pada janin yang telah meninnggal dan tidak di keluarkan dapat terjadi proses mumifikasi.Mumifikasi merupakan proses pengeringan janin karena cairan amnion berkurang akibat di serap,kemudian janin menjadi gepeng (fetus kompresus).dalam tingkat lebih lanjut janin dapat menjadi tipis seperti kertas perkamen ( fetus papiraseus).kemungkinan lain pada janin mati yang tidak cepat di keluarkan adalah terjadinya maserasi.
                Tulang –tulang tengkorak kolaps dan abdomen kembung oleh cairan yang mengandung darah. Kulit melunak dan terkelupas in utero atau dengan sentuhan ringan.organ- organ dalam mengalami degenerasi dan nekrosis.
4. Klasifikasi Abortus berdasarkan tindakan
Berdasarkan jenis tindakan, abortus di bedakan menjadi 2 golongan yaitu;
1)    Abortus spontan
Abortus yang berlangsung tanpa tindakan. Kata lain yang di gunakan adalah keguguran ( miscarriage).
2)    Abortus provokatus
Abortus provokatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat suatu tindakan.

Abortus provokatus di bagi menjadi 2 yaitu :
1)   Abortus provokatus terapeutik/ artificialis
              Merupakan terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum janin mampu hidup (viabel). Beberapa indikasi untuk abortus terapeutik diantaranya adalah penyakit jantung persisten dengan riwayat dekompensasi cordis dan penyakit vaskuler hipertensi tahap lanjut. Yang lain adalah carsinoma serviks invasif. American College Obstetricians and gynecologists (1987) menetapkan petunjuk untuk abortus terapeutik:
a.    Apabila berlanjutnya kehamilan dapat mengancam nyawa Ibu atau mengganggu kesehatan secara serius. Dalam menentukan apakah memang terdapat resiko kesehatan perlu di pertimbangkan faktor lingkungan pasien.
b.    Apabila kehamilan terjadi akibat perkosaan atau incest. Dalam hal ini pada evaluasi wanita yang bersangkutan perlu di terapkan kriteria medis yang sama.
c.    Apabila berlanjutnya kehamilan kemungkinana besar menyebabkan lahirnya bayi dengan retardasi mental atau deformitas fisik yang berat
2)   Abortus provokatus kriminalis
                          Abortus provokatus kriminalis adalah interupsi kehamilan sebelim janin mampu hidup atas permintaan wanita yang bersangkutan, tetapi bukan karena alasan penyakit janin atau gangguan kesehatan Ibu.sebagian besar abortus yang di lakukan saat ini termasuk dalam kategori ini.
Secara klinik abortus dapat di klasifikasikan menjadi :
1)  Abortus imminens
                     Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa dilatasi serviks. Pada kondisi seperti ini, kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahangkan.
2)  Abortus insipiens
                 Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu dengan adamya dilatasi serviks uterus yang meningkat,tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Kondisi ini menunjukkan proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus inkomplit atau komplit.
3)  Abortus inkomplit
                     Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minngu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
4)   Abortus komplit
         Abortus komplit adalah pengeluaran seluruh hasil konsepsi pada kehamilan 20 minggu.
5)   Abortus tertunda ( Missed abortion)
         Abortus tertunda adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu,tetapi janin yang mati tersebut tidak di keluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak di ketahui,tetapi di duga adanya pengaruh hormon progesteron. Pemakaian hormon progesteron pada abortus imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.



6)  Abortus habitualis
                               Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut- turut.etiologi abortus habitualis pada dasarnya sama dengan penyebab abortus spontan.selain itu telah di temukan sebab imunologik yaitu kegagalan reaksi terhadap antigen lymphocyte trophoblast cross reactiv (TLX). Pasien dengan reaksi lemah atau tidak ada akan mengalami abortus.
7)  Abortus infeksiosa, abortus septik
                    Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada genetalia,sedangkan abortus septik adalah abortus infeksiosa berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritonium.
8)  Abortus servikalis
                     Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus  di halangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka,sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis,dan serviks uteri menjadi besar dengan dinding yang menipis.

5.  Diagnosis
                   Abortus harus di duga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami terlambat haid. Kecurigaan tersebut di perkuat dengan di tentukannya kehamianlan muda pada pemeriksaan bimanual  dan dengan tes kehamilan secara biologis( Galli Manini) atau imonologik ( pregnosticon,Gravindex ).
                   Sebagai kemungkinan  diagnosisi yang lain harus di pikirkan kehamilan ektopik terganggu,molahidatidosa,atau kehamilan dengan kelainan pada serviks. Kehamilan ektopik terganggu dengan hematokel retrouterina kadang sulit di bedakan dengan abortus di mana uterus posisi retroversi. Pada  keduanya ditemukan amenorrhea di sertai perdarahan pervaginam, rasa nyeri di perut bagian bawah, dan tumor di belakang uterus. Tetapi keluhan nyeri biasanya lebih hebat pada kehamilan ektopik.
                   Apabila gejala- gejala menunjukkan kehamilan ektopik terganggu,dapat dilakukan kuldosintetis untuk memastikan diagnosanya. Pada molahidatidosa uterus biasanya lebih besar daripada lamanya amenorrea dan muntah lebih sering. Apabila ada kecurigaan terhadap molahidatidosa, perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi.
  Karsinoma servik uteri, polypus serviks dan sebagainya dapat menyertai kehamilan. Perdarahan dari kelainan ini dapat menyerupai abortus. Pemeriksaan dengan spekulum , pemeriksaan dengan sitologik dan biopsi dapat menentukan diagnosis dengan pasti.
Abortus imminens
             Diagnosis abortus imminens di tentukan karena adanya perdarahan melalui ostium uteri eksternum, di sertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif.
                             Pada beberapa wanita hamil dapat timbul perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya datang jika tidak terjadi pembuahan. Hal ini di sebabkan oleh penembusan villi korialis ke dalam desidua,pada saat implantasi ovum. Perdarahan implantasi biasanya sedikit, darah berwarna merah, dan cepat berhenti, serta tidak di sertai mules.
                            Pemeriksaan penunjang yang dapat ,menegakkan diagnosa abortus imminens salah satunya adalah dengan pemeriksaan USG. Pada USG dapat di temukan buah kehamilan masih utuh,tetapi pulsasi jantung janin belum jelas.
Abortus insipiens
                            Diagnosis abortus insipiens ditentukan karena adanya perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules atau adanya kontraksi uterus. Pada pemeriksaan dalam,ostium terbuka, buah kehamilan masih di dalam uterus,serta ketuban masih utuh dan dapat menonjol. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu biasanya perdarahan tidak banyak dan bahaya perforasi pada kerokan akan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian infus oksitosin.
Abortus Inkomplit
                            Diagnosis abortus inkomplit di tentukan karena adanya perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules atau adanya kontraksi uterus. Apabila perdarahan banyak dapat menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi di keluarkan. Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat di raba dalam kavum uteri atau kadang- kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum.
                            Abortus inkomplit sering berhubungan dengan aborsi yang tidak aman, oleh karena  itu periksa tanda- tanda komplikasi yang mungkin terjadi akibat abortus provokatus seperti perforasi, dan tanda – tanda infeksi atau sepsis.
Abortus komplit
                            Pada abortus komplit di temukan adanya perdarahan yang sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus telah mengecil. Diagnosis dapat di permudah apabila hasil konsepsi dapat di periksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
Abortus tertunda ( missed abortin )
                            Dahulu diagnosis biasanya tidak dapat di tentukan dalam satu kali pemeriksaan, melainkan memerlukan waktu pengamatan untuk menilai tanda-tanda tidak  tumbuhnya atau bahkan mengecilnya uterus yang kemudian menghilang secara spontan atau setelah pengobatan. Gejala subyektif kehamilan menghilang, mammae agak mengendor lagi, uterus tidak membesar lagi bahkan mengecil, tes kehamilan menjadi negatif, serta denyut jantung janin menghilang.
                            Dengan ultra sonografi ( USG ) dapat di tentukan segera apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan. Perlu di ketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang di sertai gangguan pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga pemeriksaan ke arah itu perlu di lakukan.
Abortus habitualis
                            Diagnosis abortus habitualis tidak sukar ditentukan dengan anamnesis. Khususnya diagnosis abortus habitualis karena inkompetensi menunjukkan gambaran klinik yang khas yaitu dalam kehamilan triwulan kedua terjadi pembukaan serviks tanpa disertai rasa mules, ketuban menonjol dan pada suatu saat pecah. kemudian timbul mules yang selanjutnya diikuti dengan pemeriksaan vaginal tiap minggu. Penderita sering mengeluh bahwa ia telah mengeluarkan banyak lendir dari vagina.
                             Diluar kehamilan penentuan serviks inkompeten di lakukan dengan histerosalfingografi yaitu ostium internum uteri melebar lebih dari 8 mm.


Abortus infeksiosa, abortus septik
                            Diagnosis abortus infeksiosa di tentukan dengan adanya abortus yang disertai gejala dan tanda infeksi alat genetalia, seperti panas, takikardi, perdarahan pervaginam yang berbau,uterus yang membesar, lembek serta nyeri tekan, dan adanya leukositosis.Apabila terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat,kadang-kadang menggigil. Demam tinggi, dan tekanan darah menurun. Untuk mengetahui kuman penyebab perlu di lakukan pembiakan darah dan getah pada serviks uteri.
Abortus servikalis
                            Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus di halangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis sevikalis, dan serviks uteri menjadi besar dengan dinding yang menipis. Pada pemeriksaan di temukan serviks membesar dan diatas ostium uteri eksternum teraba jaringan.



6.  Penanganan
  1. Penilaian awal
Untuk penanganan yang memadai, segera lakukan penilaian dari:
Keadaan umum pasien
a)    Tanda – tanda syok seperti pucat,berkeringat banyak,pingsan, tekanan sistolik < 90 mmhg, nadi > 112 x / menit. Bila syok disertai dengan massa lunak di adneksa, nyeri perut bawah, adanya cairan bebas dalam cavum pelvis, pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu.
b)    Tanda – tanda infeksi atau sepsis seperti demam tinggi,sekret berbau pervaginam, nyeri perut bawah, dinding perut tegang, nyeri goyang portio, dehidrasi, gelisah atau pingsan.
c)    Tentukan melalui evaluasi medik apakah pasien dapat di tatalaksana pada fasilitas kesehatan setempat atau di rujuk (setelah di lakukan stabilisasi).
d)    Penanganan spesifik
1.    Abortus imminens
a.    Tidak diperlukan pengobatan medis yang khusus atau tirah baring total
b.    Anjurkan untuk tidak melakukan aktivitas fisik secara berlebihan atau melakukan hubungan seksual.
c.    Bila perdarahan berhenti; lakukan asuhan antenatal terjadwal dan  penilaian ulang bila terjadi perdarahan lagi
d.    Bila perdarahan terus berlangsung; nilai kondisi janin (uji kehamilan /USG) lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola).
e.    Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas,pemantauan hanya dilakukan melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologis
2.    Abortu insipiens
a.    Lakukan prosedur evakuasi hasil konsepsi. Bila usia gestasi ≤ 16 minggu,evakuasi dilakukan dengan peralatan aspirasi vakum manual (AVM ) Setelah bagian – bagian janin di keluarkan. Bila usia gestasi ≥ 16 minggu,evakuasi di lakukan dengan prosedur di latasi dan kuretase (D & K)
b.    bila prosedur evakuasi tidak dapat segera dilaksanakan atau usia gestasi lebih besar dari 16 minggu, lakukan tindakan pendahuluan dengan:
   1)  Infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml NS atau    RL mulai dengan 8 tetes/menit yang dapat di naikkan hingga 40 tetes/menit,sesuai dengan kondisi kontraksi uterus hingga terjadi pengeluaran hasil konsepsi.
2)   Ergometrin 0,2 mg IM yang di ulangi 15 menit kemudian.
3)  Misoprostol 400 mg peroral dan apabila masih diperlukan, dapat diulangi dengan dosis yang sama setelah 4 jam dari dosis awal.
c. Hasil konsepsi yang tersisa dalam kavum uteri dapat di keluarkan  dengan AVM atau D&K (hati-hati resiko peforasi )
3.    Abortus komplit
 a. Apabila  kondisi pasien  baik,cukup di beri tablet ergometrin 3x1 tablet/ hari untuk 3 hari
b. Apabila pasien mengalami anemia sedang,berikan tablet sulfas ferosus 600 mg/ hari selama 2 minggu di sertai dengan anjuran mengkomsumsi makanan bergizi.untuk anemia berat berikan transfusi darah.
c.  Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu di beri antibiotika, atau apabila khawatir akan infeksi dapat di beri anti biotik profilaksis.

a.    Abortus infeksiosa
a.   Kasus ini beresiko tinggi untuk terjadi sepsis,apabila fasilitas kesehatan setempat tidak tidak mempuyai fasilitas yang memadai, rujuk pasien ke RS.
b.  Sebelum merujuk pasien lakukan restorasi cairan yang hilang dengan NS atau RL melalui infuse dan berikan antibiotik( misalnya ampicillin 1gr dan metronidazole 500 mg).
c.   Jika ada riwayat abortus tidak aman,beri ATS dan   TT.
d.  Pada fasilitas kesehatan yang lengkap, dengan perlindungan antibiotik berspektrum luas dan upaya stabilisasi hingga kondisi pasien memadai, dapat di lakukan pengosongan uterus dengan segera (lakukan secara hati-hati karena tingginya kejadian perforasi pada kondisi ini).




1Tabel 2.1 kombinasi antibiotika untuk abortus infeksiosa


Kombinasi antibiotika

Dosis oral

Catatan
Ampicillin dan metronidazole
3x1 gr oral
dan 3x500 mg
Berspektrum luas dan mencakup untuk gonorrhea dan bakteri  anaerob
Tetrasiklin dan klindamisin
4x 500 mg
dan 2x 300 mg
Baik untuk klamidia,gonorrhea,
bakteroidesfragilis
Trimethoprim dan sulfamethoksazol
160 mg 
dan 800 mg
Spectrum cukup luas dan harganya relatif murah

Table  2.2 antibiotika parenteral untuk abortus septik
Antibiotika
Cara pemberian
Dosis
Sulbenisillin
 gentamicin
metronidazole

 IV
3x1 gr
2x80 gr
2x1gr
Ceftriaksone
IV
1x1 gr
Amoksicillin +
Klavulanik acid klindamisin
IV
 I V
3 x500 mg
3x600 mg

4.    Abortus tertunda (missed abortion)
Missed abortion seharusnya ditangani di rumah sakit atas pertimbangan :
a. Placenta dapat melekat erat di dinding rahim, sehingga prosedur evakuasi (kuretase)akan lebih sulit dan resiko perforasi lebih tinggi.
b. Pada umunya kanalis serikalis dalam keadaan keadaan tertutup sehingga perlu tindakan dilatasi dengan batang laminaria selama 12 jam.
c.  Tingginya kejadian komplikasi hipofibrinogenemia yang berlanjut dengan gangguan pembekuan darah.

5.    Abortus habitualis
a.  Penyebab dari abortus habitualis sebagian besar tidak di ketahui oleh karena itu penanganannya terdiri dari: memperbaiki keadaan umum,pemberian makanan yang sempurna ,menganjurkan untuk istirahat yang cukup, larangan koitus dan olahraga.
b. Terapi dengan hormon progesteron,vitamin,hormon tiroid, dan lainnya mungkin hanya mempunyai pengaruh psikologis  karena penderita mendapat kesan penderita diobati
c. Apabila pada pemeriksaan histerosalpingografi yang di lakukan di luar kehamilan menunjukkan kelainan miom submukosa atau uterus bikornus maka kelainan tersebut dapat di perbaiki dengan pengeluaran miom atau penyatuan kornu uterus dengan operasi menurut strassman
d. Pada serviks inkompeten, apabila penderita telah hamil sebaiknya di lakukan pada kehamilan 12 minggu atau lebih sedikit. Dasar operasi adalah memperkuat jaringan serviks yang lemah dengan melingkari daerah ostium  uteri internum dengan benang sutera atau dakron yang tebal.
            Bila terjadi gejala dan tanda abortus insipiens,maka benang harus segera di putuskan,agar pengeluaran janin tidak terhalangi.apabila operasi berhasil, maka kehamilan dapat dilanjutkan sampai hampir cukup bulan dan benang dipotong pada kehamilan 38 minggu. Operasi tersebut dapat di lakukan menurut cara Shirodkar atau cara Mac Donald.
6.    Abortus servikalis
            Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.
F.Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok.
a. Perdarahan
      perdarahan dapat di atasi dengan pengosongan uterus dari sisa- sisa hasil konsepsi dan jika pelu diberikan transfusi darah,kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak di berikan pada waktunya.
b. Perforasi
                    Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi.jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu di amati dengan teliti.jika ada tanda bahaya,perlu segera di lakukan laparatomi dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi,penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi

c. Infeksi 
                        Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi biasanya di dapatkan pada abortus inkomplet yang berkaitan erat dengan suatu abortus yang tidak aman( unsafe abortion).
d. Syok
                  Syok pada abortus dapat terjadi karena pendarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik).
D. Tinjauan umum tentang abortus inkomplit.
1.  Pengertian Abortus Inkomplit
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa yang yang tertinggal dalam uterus.sehingga sisanya memberikan gejala klinis.( Sujiyatini,M.Keb,2009)
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.( Sarwono Prawirohardjo,2008)
2. Gejala klinis yang  dapat terjadi:
a)    Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis.
b)    Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat.
c)    Terjadi infeksi dengan di tandai suhu tinggi.
d)    Dapat terjadi degenerasi ganas (korio karsinoma).




Gambar 1. Abortus Inkomplit
Sumber : Farrer, H, 2001, Hal 54
Pada pemeriksaan di jumpai gambaran :
a)    Kanalis servikalis terbuka
b)    Dapat diraba jaringan dalam rahim atau di kanalis servikalis atau kadang- kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum.
c)    Kanalis servikalis tertutup dan perdarahan berlangsung terus
d)    Dengan pemeriksaan sonde perdarahan bertambah.
e)    Pada USG di dapatkan endometrium yang tipis dan irreguler.
f)     Abortus yang baru terjadi didapati serviks terbuka serta uterus yang berukuran lebih kecil dari kehamilan dan kantong gestasi sulit untuk di kenali
3.  Penanganan  abortus inkomplit :
                     Bila terjadi perdarahan yang hebat dapat di pasang infus dan transfusi darah untuk memulihkan keadaan umum. di anjurkan segera melakukan pengeluaran sisa hasil konsepsi secara digital agar jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera di keluarkan,kontraksi uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa berhenti,selanjutnya di lakukan tindakan kuretase langsung pada umur kehamilan kurang dari 14 minggu. Dan dengan induksi pada umur kehamilan diatas 14 minggu.
                        Pengobatan yang di berikan yaitu uterustonika dan anti biotika untuk menghindari terjadinya infeksi.
Penanganan spesifik :
a)   Tentukan besar uterus ( taksir usia gestasi),kenali dan atasi setiap komplikasi ( perdarahan hebat, syok, infeksi atau sepsis).
b) Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai dengan perdarahan hingga ukuran sedang,dapat di keluarkan secara di gital atau cunan ovum. Setelah itu evaluasi perdarahan. Bila perdarahan terus berlangsung,evakuasi sisa hasil konsepsi dengan AVM atau D& K( pilihan tergantung dari usia gestasi,pembukaan serviks dan keberadaan bagian – bagian janin.Bila perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg peroral.
b)     Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotik profilaksis ( ampisilin 500 mg oral atau doksisiklin 100 mg )
c)      Bila terjadi infeksi ,beri ampisillin 1gr dan metronidazole 500 mg setiap 8 jam.
d)     Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi dibawah 16 minggu,segera lakukan evakuasi dengan AVM.
e)     Bila pasien tampak anemik, berikan sulfas ferosus 600 mg perhari selama 2 minggu (anemi sedang) atau transfusi darah (anemi berat).
Pada beberapa kasus ,abortus inkomplit erat kaitannya dengan abortus tidak aman,oleh sebab itu perhatikan hal-hal berikut
a)     Pastikan tidak ada komlikasi berat seperti sepsis,perforasi uterus,atau cidera intra abdomen(mual/muntah,nyeri punggung,demam,perut kembung,nyeri perut bwah,dinding perut tegang,nyeri ulng lepas).
b)     Bersihkan ramuan tradisional, jamu,bahan kaustik,kayu,atau benda- benda lainnya dari region genitalia.
c)     Berikan boster tetanus toksoid 0,5 ml bila tampak luka kotor pada dinding vagina atau kanalis servikalis dan pasien pernah diimunisasi.
d)     Bila riwayat pemberian imunisasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus (ATS) 1500 unit IM diikuti dengan pemberian tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu.
Konseling untuk kontrasepsi pasca keguguran dan pemantauan lanjut.

E.  Proses Asuhan kebidanan
1.      Pengertian asuhan kebidanan
Asuhan kebidanan adalah suatu metode penyelesaian masalah dengan memberikan perawatan, membantu pengambilan keputusan klinis dan tindakan dalam suatu alur yang logis untuk keuntungan pasien. (Helen Varney, 2007, Hal. 26)
2.      Tahapan dalam asuhan  kebidanan
Proses asuhan kebidanan terdiri dari 7 langkah yaitu :
a.  Langkah pertama adalah mengumpulkan data dasar yang menyeluruh untuk mengevaluasi ibu dan bayi baru lahir. Data dasar ini meliputi pengkajian riwayat, pemeriksaan fisik sesuai indikasi, meninjau kembali proses perkembangan keperawatan saat ini atau catatan rumah sakit terdahulu, dan meninjau kembali data hasil laboratorium. Data dasar yang diperlukan adalah semua data yang berasal dari sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi ibu dan bayi baru lahir.
b.  Langkah kedua adalah menginterpretasikan data untuk kemudian diproses menjadi masalah atau diagnosa serta kebutuhan keperawatan kesehatan yang diidentifikasi khusus. Kata masalah dari diagnosa sama-sama digunakan karena beberapa masalah tidak dapat didefisinikan sebagai sebuah diagnosa, tetapi perlu pertimbangan dalam mengembangkan rencana perawatan kesehatan yang menyeluruh.
c.   Langkah ketiga adalah mengidentifikasi masalah dan diagnosa potensial berdasarkan masalah dan diagnosa saat ini berkenaan dengan tindakan antisipasi, pencegahan jika memungkinkan, menunggu dengan waspada penuh, dan persiapan terhadap keadaan yang mungkin muncul. Langkah ini sangat penting dalam memberikan perawatan kesehatan yang aman.
d.  Langkah keempat adalah mencerminkan sifat kesinambungan proses penatalaksanaan, yang tidak hanya dilakukan selama perawatan primer atau kunjungan pranatal periodik, tetapi juga saat bidan melakukan perawatan berkelanjutan. Beberapa data mengindikasikan situasi kedaruratan yang mengharuskan bidan mengambil tindakan secara cepat.
e.  Langkah kelima adalah mengembangkan semua rencana keperawatan yang menyeluruh ditentukan dengan mengacu pada hasil langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan pengembangan masalah atau diagnosa yang diidentifikasi baik pada saat ini maupun yang dapat diantisipasi serta perawatan kesehatan yang dibutuhkan. Langkah ini dilakukan untuk melengkapi data dasar.
Sebuah rencana perawatan yang menyeluruh yang tidak hanya melibatkan kondisi ibu atau bayi baru lahir yang terlihat dengan masalah lain, tetapi juga menggambarkan petunjuk antisipasi bagi ibu dan orang tua tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
f.    Langkah keenam adalah melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh. Langkah ini dapat dilakukan secara keseluruhan oleh bidan atau dilakukan sebagian oleh ibu atau orang tua, bidan, atau untuk memastikan bahwa implementasi benar-benar dilakukan.
g.  Langkah ketujuh adalah evaluasi merupakan tindakan untuk memeriksa apakah rencana perawatan yang dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan yaitu memenuhi kebutuhan ibu, seperti yang diidentifikasi pada langkah kedua tentang masalah, diagnosa, maupun kebutuhan perawatan kesehatan.
Rencana tersebut menjadi efektif bila bidan mengimplementasikan semua tindakan dalam rencana dan menjadi tidak efektif bila tidak diimplementasikan. (Helen Varney, 2007, hal. 27-28)
3.      Pendokumentasian asuhan kebidanan
a.     Pengertian pendokumentasian
Pendokumentasian adalah alur pikir bidan saat menghadapi klien yang meliputi tujuh langkah agar diketahui orang lain, apa yang telah dilakukan oleh bidan melalui proses berpikir sistematis maka dokumentasi dalam bentuk SOAP.
b.     Pendokumentasian dalam bentuk SOAP
1)     Subjektif (S)
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis sebagai langkah I varney
2)     Objektif (O)
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik laboratorium klien dan test diagnostic lain yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I varney.
3)     Assessment (A)
Menggambarkan, pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi.
a)      Diagnosa/masalah
b)      Antisipasi diagnosa/masalah potensial
c)      Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/kolaborasi dan rujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4 varney.
4)     Planning (P)
Menggambarkan pendokumentasian dan perencanaan, tindakan implementasi dan evaluasi berdasarkan sebagai langkah 5,6, dan 7 varney.
















Bagan 1 : Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Alur Fikir Bidan                                             pencatatan dari Asuhan Kebidanan
Proses Manajemen Kebidanan
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
 


7 LANGKAH
VARNEY
5 LANGKAH (KOMPETENSI 1 BIDAN)
SOAP NOTES
1.  Pengumpulan Data Dasar
Data
Subjektif
(hasil Anamnesis)
Objektif (Pemeriksaan)
2.  Interpretasi Data : Diagnosis, Masalah, Kebutuhan
Asessment/
Diagnosis
Asessment (Analisa dan Interpretasi data
a.   Diagnosis dan Masalah
b.   Diagnosis atau Masalah Potensial
c.   Kebutuhan Tindakan Segera
3.  Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
4.  Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera secara Mandiri, Konsultasi atau Kolaborasi
5.  Rencana Asuhan :
§  Melengkapi data : Tes Diagnostik/
Laboratorium
§  Pendidikan/
Konseling
§  Rujukan
§  Follow Up)
Planning
Planning (Dokumentasi Implementasi dan Evaluasi)


a.   Asuhan Mandiri
b.   Kolaborasi
c.   Tes Diagnostik atau tes Laboratorium
d.   Konseling
e.   Follow Up
6.  Pelaksanaan
Implementasi
7.  Evaluasi
Evaluasi

Gambar 5. Keterkaitan antara Asuhan Kebidanan dan
Sistem Pendokumentasian SOAP (Sumber: Varney, 2007)

BAB III
STUDY KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny “D”GESTASI 15 MINGGU
 ENAM HARI DENGAN  ABORTUS  INKOMPLIT
  DI  RSUD.LABUANG BAJI MAKASSAR
TANGGAL 20 JUNI 2012


No  register                                  :   12-92-02                             
Tanggal masuk rumah sakit      :    20 juni  2012       jam  16 .00
Tanggal pengkajian                     :   20 juni  2012       jam   17.00

A.      Identifikasi data dasar
1.  Identitas Ibu  / Suami         
Nama ibu  / suami         :Ny “D”  / Tn “ B”
Umur                               : 42 Tahun / 50 Tahun
Nikah                              : Menikah1x ±24 tahun menikah2           
Suku                               :  Makasar / Makassar
Agama                            :  Islam / Islam          
   Pendidikan                    :  SMA / SI
   Pekerjaan                       :  Irt / Pegawai negeri
   Alamat:                            : jln. Sapiria ( Benteng SombaOpu)         

2. Riwayat Kehamilan sekarang :
a.  G VIII  PVII  AO
b.  HPHT tanggal 01-03- 2012
c.  






Ibu mengatakan terlambat datang bulan ± 3 bulan lamanya
d.  Ibu tidak pernah tes kehamilan
e.   Ibu belum pernah memeriksakan ke hamilannya
f.    Ibu  tidak pernah ke dukun dan tidak pernah minum obat-obatan dan jamu.
g.  Tanggal 13-06-2012 jam 10.00 wita ibu  terjatuh dari motor, dan posisi pada saat jatuh terlempar ke dalam got. dirasakan nyeri perut bagian bawah, keluar darah dari jalan lahir sedikit-sedikit  dialami ± 4 hari lamanya.  Tanggal 18-06- 2012  keluar jaringan menyerupai janin disertai pengeluaran darah yg banyak. kurang lebih dua sarung berwarna merah kehitaman. Tanggal 20-06-2012    jam 16.35   pasien masuk rumah sakit dengan keluhan panas tinggi.
h.  Keluhan nyeri masih di rasakan , pengeluaran darah masih ada seperti darah haid
i.    Usaha ibu untuk mengatasi keluhan dengan istirahat baring
j.    Ibu khawatir dengan keadaanya sekarang
3.  Riwayat Reproduksi
1.      Riwayat haid
a)   Menarche umur 13 tahun
b)   Siklus haid  28-30 hari
c)   Lamanya haid  7 hari
2.      Riwayat ginekologi
Ibu tidak pernah menderita penyakit menular seksual, penyakit tumor, kanker, dan lain-lain.
3.      Riwayat  kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu :

Tabel 3 : Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

no
tahun
Kehamilan

Persalinan


Bayi/anak

nifas



Umur
Jenis
tempat
penolong
jk
Berat badan
keadaan
Menyusui
tidak
1
1989
Aterm
Spontan
RS
Bidan
ð
2600 gram
sehat
ya

2
1993
Aterm
Spontan
RS
Bidan
ǫ
2700 gram
sehat
ya

3
1997
Aterm
Spontan
RS
Bidan
ǫ
2600
sehat
ya

4
2000
Aterm
Spontan
RS
Bidan
ð
2800
sehat
ya

5
2003
Aterm
Spontan
RS
Bidan
ǫ
2600
Sehat
ya

6
2005
Aterm
Spontan
RS
Bidan
ð
3000
sehat
ya

7
2007
Aterm
Spontan
RS
Bidan
ǫ
3000
sehat
ya

8


 Hamil
Sekarang








4) . Riwayat Keluarga Berencana
Ibu pernah menggunakan KB suntik ±1 tahun, mulai tahun 2007 sampai pada tahun 2008, ibu melepasnya dengan alasan selalu haid sedikit - sedikit. setelah itu ibu menggunakan KB alamiah jenis coitus interuptus.
4.    Riwayat Kesehatan Yang Lalu
a.  Tidak ada riwayat opname dan tidak pernah mengalami penyakit jantung, hypertensi kronis, malaria dan diabetes mellitus.
b.  Tidak ada riwayat operasi dan transfusi darah.
c.   Tidak ada riwayat alergi obat-obatan, makanan maupun minuman.
d.  Tidak ada riwayat ketergantungan obat-obatan dan alkohol.
5.    Riwayat Psikologi, Sosial, Ekonomi dan Spiritual :
a.  Ibu Menikah satu kali dengan suami sekarang ±24 tahun, sementara suami sudah menikah 2x, hubungan ibu dengan suami sekarang tetap harmonis
b.  Hubungan Ibu dengan keluarga dan petugas baik.
c.   Ibu dan keluarga berharap ingin cepat ditolong dan cepat sembuh
d.  Biaya kebutuhan sehari-hari dalam keluarga mencukupi
e.  Ibu  dan keluarga taat beribadah, rajin berdoa agar keadaannya cepat membaik dan keluar dari rumah sakit. 

6.    Riwayat  Pemenuhan Kebutuhan Dasar
a.  Kebutuhan nutrisi
1)   Pola makan                           :  Nasi, sayur dan lauk pauk
2)   Frekuensi makan                 :  2x sehari
3)   Kebutuhan cairan /minuman : 7-8 gelas sehari
4)   Nafsu makan                        : kurang
b.   Kebutuhan eliminasi BAB dan BAK
1)   Frekuensi BAK                     : 4-5x sehari
2)   Warna                                    : Kuning
3)   Bau                                         : Amoniak
4)   Frekuensi BAB                     : 1x sehari
5)   Konsistensi                           : Lembek
c.  Kebutuhan istirahat
Sebelum sakit Ibu tidur jam 22.00 dan bangun jam 05.00 pagi, dan tidur siang ± 1 jam sehari.
Selama sakit  Ibu selalu terbangun karena nyeri pada perut bagian bawah.

7.    Pemeriksaan fisik 
1.    Keadaan umum
Keadaan Ibu baik
Kesadaran    composmentis
Tanda- tanda vital :
TD   : 100/60 mmhg
N    : 80 x/  menit
S    :  38,5 ºc
P    :  20 x /menit
Tinggi badan         : 156 cm
BB                         :  48 cm
LILA                       :  23 cm  
2.    Kepala dan rambut
Inspeksi   :  Rambut keriting , warna hitam, tidak rontok
               kulit kepala bersih tidak ada ketombe.
Palpasi   :    tidak ada nyeri tekan
3.    Wajah
Inspeksi : ekspresi wajah sendu, tidak ada cloasma   gravidarum
Palpasi    :  tidak ada oedema pada wajah
4.    Mata
Inspeksi  : konyungtiva merah muda, sclera putih, dan tidak icterus.
5.    Hidung
Inspeksi   : simetris kiri dan kanan, tidak ada polip
Palpasi    : tidak ada nyeri tekan 

6.    Telinga
Inspeksi  :  simetris kiri dan kanan, telinga bersih, tidak ada serumen
Palpasi    :    tidak ada nyeri tekan
7.    Mulut dan gigi
Inspeksi  :   Bibir lembab, tidak pucat, gigi bersih dan ada caries
8.    Leher
Inspeksi :   simetriskiri dan kanan, tidak ada pembesaran kelenjar limfe,kelenjar tiroid, dan vena jugularis.
Palpasi   :   tidak ada nyeri tekan
9.    Payudara
Inspeksi simetris kiri dan kanan, tidak ada hiperpigmentasi,puting susu menonjol, ada mongemery
Palpasi  :    tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa .
10. Abdomen
Inspeksi :    tidak ada luka bekas operasi, ada linea nigra dan striae albicans.
Palpasi  :    nyeri tekan , fundus uteri  3 jari bawah pusat
11. aExtermitas atas dan bawah
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada varices,    tidak ada oedema pada tungkai bawah,
Perkusi  :    refleks patella kiri dan kanan +
12. Data penunjang
Pemeriksaan laboratorium
HB : 11 gr/ dl
Wbc : 15,4.10³
Leukosit : 12.540 ( 5-10 ribu )
GDS : 104 mg/dl
Plano test  +
Pemeriksaan dalam oleh dokter “I” tanggal 20-06-2012 jam 16.30 wita
1)    Vagina         : Tidak ada kelainan
2)    Portio            : Lunak
3)    OUE / OUI   : Terbuka 3 cm
Pelepasan   : Darah dan sisa jaringan
B.      Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual
GVIII PVII A0 Gestasi 15 minggu enam hari, abortus inkomplit dengan masalah nyeri pada perut bagian bawah dan febris.
1.    GVIII  PVII   AO Gestasi 15 minggu enam hari
a.    Data subjektif :
Ibu mengatakan HPHT pada tanggal 01-03-2012
b.    Data objektif :
1)    HPHT tanggal 01-03-2012
2)    TP tanggal 08-12-2012
c.    Analisis dan interprestasi data :
Dari HPHT tanggal 01-03-2012 sampai tanggal 20-06-2012 amenorhoe 111 hari atau 15 minggu enam hari. Pada masa kehamilan korpus luteum memproduksi hormon progesteron dalam jumlah yang besar yang berfungsi menekan hipotalamus anterior mengeluarkan FSH sehingga tidak terjadi ovulasi pada waktu hamil yang berarti tidak ada menstruasi. (wiknjosastro, H. 2002. Hal 155)
2.    Abortus Inkomplit
a.    Data Subjektif
Ibu mengatakan pada tanggal 18-04-2012 jam 10.00 wita merasakan keluarnya darah dari jalan lahir sedikit-sedikit kemudian banyak bergumpal berwarna merah kehitaman ± 2 sarung
b.    Data Objektif
1)    Tampak keluar darah dari vagina berwarna merah kehitaman
2)    Pemeriksaan dalam oleh dokter tanggal 20-06-2012 jam 16.30 wita :
(a)     Vagina           : tidak ada kelainan
(b)     Portio              : lunak
(c)     OUE/OUI       : terbuka 3 cm
(d)     Pelepasan     : darah dan sisa jaringan
c.    Analisa dan interprestasi data
Terjadi perdarahan dalam desidua basalis diikuti oleh nekrosis jaringan disekitarnya yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebahagian atau seluruhnya, yang merupakan benda asing dalam uterus sehingga uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. (Wiknjosastro, H. 2002. Hal 303).
3.    Nyeri perut bagian bawah
a.    Data Subjektif :
1)    Ibu mengeluh nyeri pada perut bagian bawah
2)    Keluhan yang dirasakan sangat mengganggu aktivitasnya
b.    Data Objektif :
a)            Tampak ekspresi wajah ibu  meringis
b)            Nyeri tekan pada daerah diatas simphisis
c.    Analisa dan interprestasi data
Akibat kontraksi uterus dalam usaha mengeluarkan isi uterus sehingga terjadi nyeri pada perut bagian bawah. Mula-mula nyeri cenderung ringan, tetapi secara bertahap menjadi lebih hebat. (Eni Nuraeni,2010)
4.    Febris
a.    Data subjektif
1)         Ibu mengatakan badannya terasa panas
2)         Ibu sering menanyakan tentang keadaan dirinya
b.    Data objektif
1)      Tampak ekspresi wajah ibu  sendu
2)       SB  38,5ºc
3)      Badan Ibu berkeringat
c.    Analisa dan interprestasi data
          Demam adalah peningkatan suhu tubuh di atas normal (36,4ºC – 37,2ºC ) yang diatur di hipotalamus sebagai respon terhadap pyrogen( zat yang menginduksi demam ).
(Anonim, diakses juli 2012).
C.      Merumuskan Diagnosa/Masalah Potensial
Potensial terjadinya syok :
1.      Data subjektif  
Ibu mengatakan pada tanggal 18-06-2012, keluar jaringan menyerupai janin dari jalan lahir disertai pengeluaran darah yang banyak bergumpal dan berwarna merah kehitaman.
2.      Data objektif :
a.    Tampak keluar darah dari vagina berwarna merah kehitaman
b.    Pemeriksaan laboratorium tanggal 20-03-2012 jam 18.00 wita dengan hasil pemeriksaan haemoglobin 11,0 gr%.
3.      Analisis dan interpretasi data :
Setelah terjadi perdarahan yang berat, volume darah yang beredar menjadi sangat berkurang. Hipovolumenya mengakibatkan hipotensi, sehingga penderita jatuh kedalam keadaan syok (Wiknjosastro, H, 2010, Hal 677). 
D.      Tindakan Segera dan Kolaborasi
Tanggal 20-06-2012 jam 16.30 wita
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan infus  ringer laktat 500 ml dengan tetesan 28 tetes /menit,pemberian antibiotika parenteral cefotaksim 500mg/ 12 jam, dan pemberian antipiuretik paracetamol 3x 500 mg
E.      Rencana Tindakan atau intervensi
GVIII PVII AO Gestasi 15 minggu enam  hari, Abortus inkomplit dengan masalah nyeri perut bagian bawah,dan febris, potensial terjadinya syok.
1. Tujuan
a.  Perdarahan  berkurang atau berhenti
b.  Nyeri perut dapat teratasi
c.   Ibu tidak panas lagi
d.  Keadaan ibu baik.
2. Kriteria
a.  Jaringan keluar
b.  Uterus kosong
c.   Ibu tidak mengeluh nyeri pada perut bagian bawah
d.  Tanda-tanda vital dalam batas normal :
1)           Tekanan darah : Systole : 100 – 140 mmHg
           Dystole : 60 - 90 mmHg
2)           Nadi : 60 – 100 kali/menit
3)           Suhu badan            : 36,4oC – 37,2o
4)           Pernapasan            : 18- 20 x / menit

3. Rencana tindakan
a.    Observasi Keadaan umum dan tanda-tanda vital serta perdarahan
Rasional :
Dengan observasi untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan  atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan serta mengetahui jumlah perdarahan agar memudahkan dalam penanganan selanjutnya
              b.   Stabilisasi kondisi pasien
untuk memulihkan keadaan umum pasien sampai tidak terjadi panas,hemodinamik stabil untuk mengurangi resiko komplikasi.
c.   Kaji tingkat nyeri
Rasional :
Dengan mengkaji tingkat nyeri dapat membantu menentukan tindakan selanjutnya
d.  Berikan penjelasan tentang penyebab nyeri pada perut bagian  bawah dan anjurkan teknik relaksasi bila timbul rasa nyeri
Rasional :
 Agar ibu  dapat mengerti bahwa nyeri yang dirasakan akibat dari kontraksi uterus dan teknik relaksasi sebagai salah satu upaya mengalihkan perhatian ibu  terhadap rasa sakit/nyeri
e.     Bantu ibu mengatur posisi yang nyaman sesuai dengan kebutuhan ibu
Rasinal :
Dengan posisi yang diinginkan akan memberikan rasa nyaman pada ibu
            f.      Beri informasi pada ibu tentang penyebab perdarahan
Rasional :
Informasi yang diberikan dapat mengurangi kecemasan ibu  karena telah mengerti tentang keadaan yang dialaminya
              g.     Sarankan/libatkan orang terdekat dengan ibu selama    perawatan
Rasional :
Ibu akan merasa aman bila berada didekat / disamping orang terdekat sehingga mengurangi kecemasan
h.      Beri dorongan spiritual
Rasional :
Ibu  dapat memahami bahwa manusia hanya berusaha namun Tuhan yang menentukan       
            i.   Jelaskan pada ibu  dan keluarganya tentang   pentingnya dilakukan   kuret.
Rasional :
Dengan penjelasan kepada ibu dan keluarganya diharapkan dapat menyetujui rencana tindakan kuret agar ibu dapat menyiapkan fisik dan psikis.
j.   Informed consent
Rasional :
Sebagai pernyataan persetujuan dari klien/keluarga untuk tindakan yang akan dilakukan dan sebagai perlindungan hukum bagi dokter dan bidan dalam melaksanakan  tindakan.
k.    Siapkan kuret, jam kuret 11.30 wita
Rasional :
Tindakan yang dilakukan untuk mengeluarkan sisa jaringan dan mengurangi perdarahan.
l.     Kolaborasikan dokter  tentang pemberian obat-obatan
Rasional :
1)        Oksitosin dan ergometrium untuk merangsang  kontraksi uterus.
2)         Rl+ oxitocin 1 amp 28 tts/ menit
3)         Diazepam untuk penenang
4)         Ketorolac untuk anti sakit 28 tts/ menit
5)        Cefadroxil 2x 500 mg untuk mencegah terjadinya infeksi.
6)         Sf  2x1
 F.Implementasi
Tanggal 22-06-2012 jam 11.30 wita
1.    Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital serta perdarahan 
2.    Menjelaskan kepada ibu  atau keluarga tentang pentingya dilakukan kuret
3.    Menyiapkan Informed consent
4.    Menyiapkan alat kuret sesuai dengan prosedur kerja :
a.    Persiapan pasien;
1)    Ibu baring di tempat tidur dengan posisi litotomi
2)    Jam 12.25 wita infus terpasang dengan cairan ringer laktat 500 ml + ketorolac dengan tetesan 28 tetes/menit botol 1.
3)    Jam 13.30 wita memberikan injeksi oksitosin 10 unit dan ergometrium 0,2 mg secara IM
b.    Persiapan instrument
1)     Spekulum sims 2 buah
2)     Handscoen 2 pasang
3)     Doek steril 2 buah
4)     Kateter karet 1 buah
5)     Cunam tampong 1 buah
6)      tenakulum 1 buah
7)     Sonde uterus 1 buah
8)     Busi di latator ( jika di butuhkan)
9)     Cunan ovum 1 buah
10)   Abortus tang1 buah
11)   Kuret tajam 1 buah dan kuret tumpul 1 buah
12)   Spoit 3 cc sekali pakai 2 buah
13)   Kain kasa secukupnya dan kapas savlon
14)   Kom yang berisi betadine
15)   Lampu sorot
16)   Ember penampung darah dan jaringan 1 buah
17)  Ember berisi larutan klorin 0,5 %.
18)   Larutan DTT
19)   Tempat sampah medis dan non medis

c.    Persiapan penolong (operator dan asisten)
1)     Baju kamar tindakan, apron, dan masker
2)     Sarung tangan DTT/steril 2 pasang 
3)     Alas kaki (sepatu / boot karet) 2 pasang

d.    Tindakan :
1)     Jam 13.40 wita untuk memberikan sedatif ( 10 mg) (ketorolac 1-2 mg/kg BB) secara IV
2)     Kateterisasi kandung kemih
3)     Pemeriksaan bimanual ulang untuk menentukan serviks, besar arah, dan konsistensi uterus.
4)     Satu tangan memasukkan spekulum sims/L secara vertikal kedalam vagina setelah itu putar kebawah sehingga posisi bilah menjadi tranversal
5)     Asisten menahan spekulum bawah pada posisinya
6)     Menarik spekulum bawah hingga lumen vagina tampak jelas memasukkan bilah spekulum secara vertikal kemudian putar dan tarik keatas hingga jelas terlihat serviks
7)     Asisten memegang spekulum atas pada posisinya
8)     Membersihkan jaringan dan darah dalam vagina (dengan kapas yang dijepit dengan cunam tampon). Menentukan bagian yang akan dijepit (jam 11.00)
9)     Menjepit serviks dengan tenakulum pada tempat yang telah ditentukan
10)  Setelah penjepitan terpasang dengan baik, mengeluarkan spekulum atas
11)  Melakukan pemeriksaan kedalaman dan lengkung uterus dengan sonde uterus.
12)  Memegang gagang sendok kuret dengan ibu jari dan telunjuk, memasukkan ujung sendok kuret melalui kanalis servikalis kedalam uterus hingga menyentuh fundus uteri
13)  Melakukan kerokan dinding uterus secara sistematis dan searah jarum jam hingga bersih
14)  Mengeluarkan semua jaringan dan membersihkan darah yang menggenangi vagina bagian belakang
15)  Melepaskan jepitan tenakulum pada serviks
16)  Melepaskan spekulum bagian bawah
17)  Membersihkan ibu dari sisa darah
5.    Mengkaji tingkat nyeri
6.    Memberikan penjelasan tentang penyebab nyeri pada perut bagian bawah dan menganjurkan teknik relaksasi bila timbul rasa nyeri
7.    membantu ibu  mengatur posisi yang nyaman sesuai dengan kebutuhan ibu
8.     Memberi informasi pada ibu  tentang penyebab perdarahan
9.     Melibatkan orang terdekat dengan ibu  selama perawatan
10.  Memberi dorongan spiritual
F.      Evaluasi Asuhan Kebidanan
Tanggal 22-06-2012  jam 14.00 wita
1.  Jaringan dapat dikeluarkan seluruhnya atau uterus kosong
2.  TFU 2 jari atas symphisis kontraksi uterus baik
3.  Perdarahan sedikit pada pembalut
4.  Nyeri yang dirasakan ibu  berkurang pada perut bagian bawah
5.  Ekspresi wajah ibu  tenang dan tidak meringis lagi
6.  Tanda-tanda vital dalam batas normal
a.     Tekanan darah            : 110/80 mmHg
b.     Nadi       : 80x/menit
c.      Suhu badan    : 360C
d.     Pernafasan      : 20x/menit








PENDOKUMENTASIAN  ASUHAN  KEBIDANAN PADA Ny“D” GESTASI   15 MINGGU ENAM HARI DENGAN ABORTUS INKOMPLIT DI RSUD. LABUANG BAJI MAKASSAR
TANGGAL 22 JUNI 2012


No  register                                :   12-92-02                             
Tanggal masuk rumah sakit     :    20 juni  2012       jam  16 .00
Tanggal pengkajian                     :   20 juni  2012       jam   17.00

A.  Identifikasi data dasar
1.  Identitas Ibu  / Suami         
Nama ibu  / suami         :Ny “D”  / Tn “ B”
Umur                               : 42 Tahun / 50 Tahun
Nikah                              : Menikah1x ±24 tahun menikah2           
Suku                               :  Makasar / Makassar
Agama                            :  Islam / Islam          
   Pendidikan                    :  SMA / SI
   Pekerjaan                       :  Irt / Pegawai negeri
   Alamat:                            : jln. Sapiria ( Benteng SombaOpu)         



A.   Data Subjektif
               a.          G VIII  PVII  AO
               b.          HPHT tanggal 01-03- 2012
               c.         






Ibu mengatakan terlambat datang bulan ± 3 bulan lamanya
               d.          Ibu tidak pernah tes kehamilan
               e.           Ibu belum pernah memeriksakan ke hamilannya
                f.          Ibu  tidak pernah ke dukun dan tidak pernah minum obat-obatan dan jamu.
               g.          Tanggal 13-06-2012 jam 10.00 wita ibu  terjatuh dari motor, dan posisi pada saat jatuh terlempar ke dalam got. dirasakan nyeri perut bagian bawah, keluar darah dari jalan lahir sedikit-sedikit  dialami ± 4 hari lamanya.  Tanggal 18-06- 2012  keluar jaringan menyerupai janin disertai pengeluaran darah yg banyak. kurang lebih dua sarung berwarna merah kehitaman. Tanggal 20-06-2012    jam 16.35   pasien masuk rumah sakit dengan keluhan panas tinggi.
               h.          Keluhan nyeri masih di rasakan , pengeluaran darah masih ada seperti darah haid
                 i.          Usaha ibu untuk mengatasi keluhan dengan istirahat baring
                 j.          Ibu khawatir dengan keadaanya sekarang

B.   Data Objektif
1.    Kesadaran                : composmentis
2.    Tanda-tanda vital     :
a.     Tekanan darah   : 100/80 mmHg
b.     Nadi              : 84 x/menit
c.      Suhu badan       : 38,50C
d.     Pernafasan : 20x/menit
3.    Inspeksi
a.     Ekspresi wajah cemas dan meringis menahan sakit jika bergerak
b.     Konjungtiva tidak anemis
c.      Tampak keluar darah dari vagina berwarna merah kehitaman dan varises tidak ada
4.    Palpasi
Tinggi fundus uteri 3 jari atas simphisis dan terasa nyeri bila ditekan
Pemeriksaan dalam oleh dokter “I” tanggal 20-06-2012 jam 16.30 wita
a.     Vagina         : tidak ada kelainan
b.     Portio            : lunak
c.      OUE / OUI   : terbuka 3 cm
d.     Pelepasan   : darah dan sisa jaringan
5.    Pemeriksaan laboratorium oleh petugas laboratorium jam 17.00
a.  Plano test      : (-)
b.  Haemoglobin            : 11,0 gr% (normal 12-14 gr%)
c.   Leucsyt          : 12.540 ribu  (normal 5-10 ribu )
d.  Trombocyt      : 224 ribu  / mm3 (normal 150 -400 ribu /mm3)
C.   Assesment
GVIII PVII AO Gestasi 15 minggu enam hari, abortus inkomplit dengan masalah nyeri perut bagian bawah dan febris, potensial terjadinya syok
D.   Planning
Tanggal 22-06-2012 jam 11.15 wita
1.     Jam 11.25 wita penatalaksanaan pemberian cairan infus ringer laktat 500 ml+ ketorolac 28 tetes/menit botol 1
2.     Menjelaskan pada ibu dan keluarganya tentang pentingnya dilakukan kuret dan ibu bersedia dilakukan tindakan kuretage serta suami sudah menandatangani persetujuan kuret
3.     Menyiapkan alat kuret
4.     Jam 12.00 wita  dilakukan kuret oleh dokter “I”
5.     Pemberian obat-obatan :
a.  Jam 13.00 wita pemberian amoxan 1 gram secara  IV
b.  Jam 13.30 wita memberikan injeksi oksitosin 10 unit dan ergometrin 0,2 mg secara IM
6.     Observasi jam 14.00 wita :
a.  Jaringan dapat dikeluarkan seluruhnya atau uterus kosong
b.  TFU 2 jari atas symphisis kontraksi uterus baik
c.   Perdarahan sedikit pada pembalut
d.  Nyeri dirasakan ibu berkurang pada perut bagian bawah
e.  Ekspresi wajah ibu tenang dan tidak meringis lagi
7.     Tanda-tanda vital dalam batas normal:
     a.    Tekanan darah : 110/80            mmHg
     b.    Nadi :     80 x/menit
     c.    Suhu badan       : 360C
     d.    Pernafasan         : 20 x/menit






PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “D” POST KURET DI RSUD.LABUANG BAJI MAKASSAR
TANGGAL  23 JUNI  2012
No  register                                  :   12-92-02                             
Tanggal masuk rumah sakit      :    20 juni  2012       jam  16 .00
Tanggal pengkajian                     :   20 juni  2012       jam   17.00

A.Identifikasi data dasar
2.  Identitas Ibu  / Suami         
Nama ibu  / suami         :Ny “D”  / Tn “ B”
Umur                               : 42 Tahun / 50 Tahun
Nikah                              : Menikah1x ±24 tahun menikah2           
Suku                               :  Makasar / Makassar
Agama                            :  Islam / Islam          
   Pendidikan                    :  SMA / SI
   Pekerjaan                       :  Irt / Pegawai negeri
   Alamat:                            : jln. Sapiria ( Benteng SombaOpu)         



Data subjektif
1.  Ibu sudah merasa baik
2.  Masih ada darah yang keluar dari vagina sedikit dan perut masih agak nyeri bila di tekan
3.  Ibu sudah dapat beristirahat dengan baik dan tidur dengan baik
Data Objektif
1.  Tampak ekspresi wajah ibu  tenang
2.  Tanda-tanda vital :
a.  Tekanan darah    : 110/80 mmHg
b.  Nadi                 : 80x/menit
c.   Suhu badan   : 360C
d.  Pernafasan    : 24x/menit
3.   Masih ada sedikit terasa nyeri tekan pada perut bagian bawah
4.  Pelepasan darah sedikit
5.  Pemberian obat-obatan dilanjutkan sesuai dengan instruksi dokter
a.  Cefadroxil     : 3x500 mg
b.  SF                  : 2x1 kaplet
c.   Asam  mefenamat         : 3x500 mg
d.  Metiergometrin 3x1


Assesment
Post kuret abortus inkomplit hari I, nyeri perut bagian bawah
 berkurang
Planning
  1. Informasikan pada ibu penyebab  nyeri dan ibu mengerti
  2. Pada jam 08.00 wita Pemberian obat
a.  Cefadroxil    : 2x500 mg
b.  SF           : 2x1
c.   Metilergometrin      :  3x1
d.  Asam mefenamat 3x500 mg
  1. Ibu minum obat dan diperbolehkan pulang
  2. Menganjurkan ibu datang kontrol dirumah sakit  satu minggu kemudian yaitu tanggal 29-06-2012 dan ibu bersedia datang
  3. Ibu pulang dalam keadaan sehat pada jam 11.00 wita






BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan melihat apakah asuhan yang telah diberikan pada Ny “D” kehamilan 15 minggu enam hari dengan abortus inkomplit di Rumah Sakit umum daerah labuang Baji  Makassar yang dilakukan mulai tanggal 20 juni23 juni 2012 sesuai dengan tinjauan pustaka.
Pembahasan ini dibuat berdasarkan teori dan asuhan yang nyata dengan pendekatan proses manajemen kebidanan yang dibagi dalam tujuh tahap yaitu: pengkajian dan identifiksi data dasar, merumuskan diagnosa dan masalah aktual,merumuskan diagnosa  dan masalah potensial, tindakan segera atau kolaborasi, perencanaan, pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan, dan evaluasi hasil asuhan kebidanan. Serta mendokumentasikan asuhan kebidanan.
A.   Pengkajian Data dan Identifikasi Data Dasar
Pengkajian diawali dengan pengumpulan data meliputi identifikasi data biologis / fisiologis, serta data spiritual yang berpedoman pada format pengkajian yang telah tersedia dan dikembangkan sesuai dengan kondisi yang ditemukan pada klien. Selanjutnya pemeriksaan fisik yang meliputi inspeksi, palpasi, pemeriksaan dalam dan pemeriksaan laboratorium.

Dalam tinjauan pustaka ditemukan gejala / keluhan abortus inkomplit didapatkan adanya riwayat amenorhoe, perdarahan dari jalan lahir yang biasa sedikit atau banyak, perdarahan yang mendadak banyak dapat menimbulkan keadaan gawat, nyeri perut bagian bawah. Hasil pemeriksaan dalam  didapati serviks terbuka, dapat diraba sisa - sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau cavum uteri.
Pada kasus Ny “D” data yang dikumpulkan dari hasil pengkajian sebagai berikut ; anamnese HPHT tanggal 01-03-2012 dengan kehamilan 15 minggu enam hari (111 hari), perdarahan mula-mula sedikit kemudian banyak berwarna merah kehitaman, nyeri perut bagian bawah, kontraksi uterus positif dan pada pemeriksaan palpasi TFU 3 jari atas symphisis, pemeriksaan dalam ada pembukaan serviks 3 cm, teraba ada jaringan pada ostium uteri eksternum.
Berdasarkan uraian diatas ada persamaan gejala dan keluhan antara teori dan kasus. Penulis tidak menemukan hambatan yang berarti karena pada saat pengumpulan data baik keluarga, klien, bidan dan dokter dilahan praktek bersedia untuk memberikan informasi atau data yang diperlukan yang ada hubungannya dengan penyakit dan perawatan ibu sehingga memudahkan dalam pengumpulan data.
B.   Merumuskan Diagnosa / Masalah Aktual
Dalam menegakkan suatu diagnosa atau masalah klien harus berdasarkan pada pendekatan asuhan kebidanan yang didukung dan ditunjang oleh beberapa data, baik data subjektif dan data objektif dari hasil pengkajian. Dalam tinjauan pustaka diagnosa abortus inkomplit dapat ditegakkan apabila ditemukan adanya riwayat amenorhoe, terjadi perdarahan melalui jalan lahir, perdarahan disertai nyeri perut diikuti oleh pengeluaran hasil konsepsi dan pada pemeriksaan plano test didapatkan hasil positif.
Pada kasus Ny “D” dengan diagnosa abortus inkomplit, gestasi 15 minggu enam hari dengan masalah nyeri pada perut bagian bawah, dan febris. Menegakkan diagnosa dengan USG tidak dilakukan dalam kasus ini, karena diagnosa sudah pasti.
C.   Merumuskan Diagnosa / Masalah Potensial
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengkajian tidak ada perbedaan masalah potensial antara teori dengan yang ditemukan pada kasus. Adapun masalah potensial tersebut adalah potensial syok. Data yang mendukung yaitu pada pemeriksaan laboratorium haemoglobin 11,0 gr%
D.   Tindakan Segera dan Kolaborasi
Tindakan segera yang diberikan dalam kasus ini tidak ada kesenjangan sesuai yang ditemukan dalam teori. Adapun tindakan yang diberikan sesuai dengan keadaan klien yaitu pemberian infus cairan ringer laktat 500 ml 28 tetes / menit dan pemberian obat paracetamol 3x 500 mg.
E.   Rencana Tindakan/ Intervensi
Dalam membuat rencana tindakannya ditentukan dengan tujuan dan kriteria yang akan dicapai dalam menerapkan asuhan kebidanan pada Ny “D” dengan abortus inkomplit tersebut. Pada kasus ini tidak di temukan kesenjangan penanganan antara tinjauan pustaka dan rencana asuhan yang diberikan pada Ny “D”.
F.    Pelaksanaan tindakan / Implementsi
Pada tahap pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny “D” ini penulis melaksanakan sesuai dengan rencana dan tidak menemukan permasalahan yang berarti karena seluruh tindakan yang dilakukan sudah berorientasi pada kebutuhan klien sehingga tujuan dapat dicapai. Hal ini ditunjang pula oleh klien yang kooperatif dalam menerima saran yang diberikan.


G.   Evaluasi asuhan kebidanan
Sebagai langkah terakhir dalam proses ini adalah melakukan evaluasi terhadap hasil dan proses manajemen kebidanan yang diterapkan. Hasil evaluasi pada Ny “D” sudah sesuai dengan tujuan yang diharapkan yaitu jaringan dapat dikeluarkan seluruhnya atau uterus kosong, TFU 2 jari atas symphisis kontraksi uterus baik, perdarahan sedikit, nyeri yang dirasakan ibu berkurang pada perut bagian bawah, ekspresi wajah ibu tenang dan tidak meringis lagi, tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu: tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu badan 360C, pernafasan 20 x/menit.









                                      BAB V
                                      PENUTUP

Pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa kesimpulan dan saran untuk memberikan gambaran dan informasi tentang abortus khususnya abortus inkomplit.
A.  Kesimpulan
Abortus inkomplit ( keguguran bersisa )
1).  Abortus inkomplit ( keguguran bersisa ) artinya pengeluaran sebagian dari hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal dalam uterus.
2).  Kehamilan adalah suatu proses yang alamiah, namun senantiasa perlu diwaspadai karena setiap saat dapat memberikan komplikasi. Bidan sebagai tenaga kesehatan terdepan, diharapkan mampu memberikan pelayanan yang profesional sehingga dapat berperan dalam penurunan AKI disebabkan oleh perdarahan ( Abortus ), dengan menerapkan manajemen asuhan kebidanan berkualitas
3). 

Manajemen kebidanan adalah suatu kerja profesi dengan menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah, sehingga merupakan jalur kerja dari pengorganisasian secara pikir dan langkah-langkah dalam suatu urutan yang logis dan menguntungkan baik pasien maupun bidan.
Adapun tahapannya yaitu pengumpulan dan analisa data, identifikasi diagnosa /  masalah actual, antisipasi diagnosa / masalah potensial, tindakan segera / kolaborasi,  rencana tindakan /asuhan kebidanan, Implementasi/ tindakan asuhan kebidanan, evaluasi asuhan kebidanan.
4).  Dalam menerapkan asuhan kebidanan pada Ny “D” dengan abortus inkomplit diperlukan pendekatan terhadap klien agar diperoleh hasil pengkajian yang akurat.
5).  Dari pengkajian dilakukan didapatkan gejala-gejala / keluhan yang mencul pada abortus inkomplit yaitu perdarahan yang mula-mula sedikit kemudian banyak bergumpal berwarna merah kehitaman, nyeri pada perut bagian bawah. Pada pemeriksaan dalam teraba ada sisa jaringan dikanalis servikalis dan ada pembukaan 3 cm.
6).  Penanganan asuhan kebidanan yang diberikan pada pasien dengan kasus abortus inkomplit sangat perlu diperhatikan adanya komplikasi sepsis dan perforasi uterus.



B.  Saran-Saran
 Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat mengemukakan beberapa saran :
1.      Bagi Bidan
a.     Dalam memberikan asuhan kebidanan diharapkan kepada bidan untuk dapat mengantisipasi adanya resiko yang terjadi pada kehamilan serta peningkatan  mutu pelayanan kesehatan utamanya pemeriksaan kehamilan dapat ditingkatkan.
b.     Untuk meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan kebidanan maka dianjurkan pada petugas kesehatan (bidan) dapat mengikuti pelatihan-pelatihan yang ada kaitannya dengan kebidanan dan mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
2.      Bagi institusi
Penguasaan materi dan keterampilan sangat diperlukan dalam membuat asuhan fisiologis maupun patologis mengingat metode tersebut sangat bermanfaat untuk menciptakan sumber daya manusia yang berpotensi dan profesional.
3.      Bagi pemerintah
a.     Pemerintah hendaknya meningkatkan sarana dan prasarana yang memadai bagi tenaga kesehatan agar memperoleh keterampilan dan pengetahuan secara maksimal.
b.     Pemerintah hendaknya berupaya meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau demi terciptanya pelayanan kesehatan yang berkualitas.
c.      Pemerintah hendaknya berupaya meningkatkan status sosial ekonomi penduduk sehingga dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal.














DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, 1995, Obstetri Williams, Edisi 18. EGC. Jakarta
Corwin Elisaberth C, 2002, Buku Satu Phatofisiologi Penyakit. EGC. Jakarta.
Depkes, 2004, Profil Kesehatan, Makassar.
Eni Nuraeni, 2010, Asuhan persalinan praktis. Edisi II EGC. Jakarta.
Ibrahim Christina S, 1993, Perawatan Kebidanan, Jilid I. Bhratora. Jakarta.
Melfiawati S, 1994, Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, Cetakan I. EGC. Jakarta.
Manuaba I.B.G, 2010, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, EGC. Jakarta.
Prawirohardjo, 2008,Ilmu kebidananl, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,2007 Jakarta.
Rustam Mochtar, 1998, Sinopsis Obstetri, Edisi II. Cetakan I. EGC. Jakarta.
Ruth Johson dan Wendy Taylor, 2010, Buku Ajaran Praktek Kebidanan, EGC. Jakarta.
Syaifuddin A.B, 2010, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Edisi I. Cetakan I. YBP-SP. Jakarta.
Sujiyatini dkk, 2010, Asuhan patologi Kebidanan, Numed. Jogjakarta.
Tempo, 2011, Kesehatan, http://www.Hidayatullah.com diakses 12 Maret 2012
Varney Helen, 1997, Midwifery Text Book Third Edition, Jones and Bartlett. London.
Wijono, 2009, Pengaruh Aborsi, http://www.Pikiranrakyat.com diakses 10 Maret 2012.
Wiknjosastro Hanifa, dkk, 2008, Ilmu Kebidanan, Edisi III. Cetakan VI. YBP SP. Jakarta.












           


Tidak ada komentar:

Posting Komentar